Sabtu, 19 Juli 2014

Ziarah Malam

Malam ini aku kembali mengunjungimu, dengan dada sesak menahan tangis aku memelukmu walaupun tak benar-benar. Rasanya semakin sakit ketika aku mengingat semua. Dulu kita hanya anak-anak yang saling jujur bahwa kita akan saling menjaga satu sama lain. Tapi kenyataan memang tak pernah sejalan dengan kita. Kau pergi sendiri.

Aku membawa setangkai bunga mawar merah untukmu, untuk mengobati lukamu. Aku menangis terisak sambil terus mendoakanmu, kemudian bernyanyi lagu anak-anak yang sering kita nyanyikan dulu. Kamu tak pernah ikut bernyanyi lagi sekarang, suaraku hilang ditelan tangisku yang kian deras. Aku sesugukan sendiri, nyatanya waktu 8 tahun sesudah perpisahan kita, aku masih sering menangis bila mengingatmu, aku masih merasa sakit kehilanganmu.

Aku memelukmu dalam doa, lalu mengecupmu erat sekali, seperti dulu kita selalu kaitkan kelingking untuk saling berjanji bahwa kita akan terus seperti ini. Dulu kita hanya anak-anak polos yang apa adanya, mengobral kejujuran yang kita punya sampai tak ada lagi rahasia. Aku kangen masa itu. Saat kita sama-sama main layangan di sawah, lalu makan bekal di saung milik warga. Masa kanak-kanak kita terlalu indah untuk dilupakan. Malamnya kita akan melihat bintang bersama, berebut bintang yang paling terang untuk kita beri nama lalu kita miliki.

Kita pernah berjanji bahwa kita akan selamanya seperti ini, seperti saat kita anak-anak. Kita akan terus bermain bersama, tetap berebut bintang sampai kita tua. Tapi, sekarang aku gak bisa tagih janji itu. Kenyataan gak membiarkan kita untuk saling menepati janji. Kamu sudah bahagia dengan dirimu sendiri, aku hanya mampu berziarah malam saat aku sempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar