Aku
suka sekali malam. Dari kecil aku selalu mengagumi langit malam. Semua
pertanyaan filsafatku lahir pada malam hari. Mengapa ada malam? Mengapa harus
ada bulan dan bintang? Mengapa bintang ada banyak sedangkan bulan hanya satu? Mengapa
bulan terus mengikuti aku? Pertanyaan itu selalu muncul di dalam kepalaku saat
kecil dulu. Pertanyaan-pertanyaan itu hampir membuat ibuku gila, karena terus
menanyakannya setiap malam.
Setiap
malam sebelum tidur, aku selalu berlari keluar rumah mengucap salam perpisahan
pada langit semoga besok aku bisa bertemu lagi dengan malam. Pernah suatu
ketika aku dimarahi oleh ayahku karena tidak mau tidur padahal esok hari aku
harus pergi sekolah. Malam itu langit bersinar sangat cerah, aku terlalu sayang
jika harus melewatkan malam itu dengan tidur. Lalu aku berjanji pada ayahku aku
akan bangun pagi esok hari. Ayahku hanya menjawab terserah, dan aku tidak tidur
semalaman karena terus mengagumi langit malam.
Pernah
juga di waktu pertengahan masa kuliah aku tidak tidur semalaman, karena aku
membaca sebuah artikel bahwa ada hujan bintang malam itu. Aku menunggu
semalaman sambil menatap langit yang mendung dan hujan tak pernah berhenti
turun malam itu. Tapi aku terus menunggu hujan bintang, dan akhirnya aku menyerah
karena sampai jam tiga dini hari hujan tak juga berhenti turun. Tapi setidaknya
aku bersyukur bisa menikmati malam yang gerimis, yang setidaknya membawaku pada
kenangan-kenangan indah saat hujan.
Malam
selalu istimewa buatku, saat kecil aku selalu disuguhkan pemandangan laut di
malam hari, karena setiap kali aku pulang kampung ke Palembang aku selalu
sampai di pelabuhan dan menaiki kapal penyeberangan pada malam hari. Awalnya
aku tak mengerti mengapa orang-orang lebih memilih berada di luar sedangkan di
luar sana tak ada pemandangan apapun selain warna hitam, angin yang bertiup
kencang dan suara debur ombak. Ayahku mengajakku pergi ke buritan kapal, di
sana ada banyak orang yang sedang menikmati laut malam. Aku menatap langit dan
betapa aku dibuat tak bisa berkata apa-apa karena malam itu langit bersinar
terang, ada banyak bintang bertaburan di atas kepalaku. Aku tak pernah mau
berhenti manatap langit itu. Lalu aku mulai jatuh cinta pada laut malam. Ketika
orang-orang memuja dan jatuh cinta pada sunset di pantai ini itu, aku malah
jatuh cinta pada laut malam.
Beberapa
kali juga aku menikmati pantai di malam hari, ternyata menikmati pantai di
malam hari lebih mengasyikan daripada saat siang atau saat senja saat semua
orang berebut ingin melihat sunset. Saat malam aku bisa mendengar debur ombak
dengan lebih jelas, saat malam langit terasa lebih terang dan lebih berkawan
padaku. Aku tak perlu kacamata atau topi untuk melindungi kepalaku. Saat malam
juga pantai jadi lebih romantis apalagi jika ditemani api unggun dan
orang-orang kesayangan, lalu kita bertukar cerita.
Dari
malam juga aku banyak belajar untuk sabar, karena aku selalu mengeluh saat
malam hari ketika semua orang sedang tertidur. Pada malam juga aku mencurahkan
seluruh beban yang aku tanggung, dan aku menangis pada malam hari. Malam selalu
menjadikan aku kuat, karena ketika semua orang terbuai oleh mimpi mereka dan
berada pada titik terlemah hidupnya. Aku masih terjaga, mengatur strategi
bagaimana nanti pagi aku bangun dan menjalani hariku dengan wajah yang ceria
tanpa beban.
Malam
juga mengajarkan aku tentang kesetiaan, seperti pada bintang Polaris yang
selalu setia pada utaranya. Bintang Sirius yang selalu terang walau hidupnya
yang paling sebentar, rasi biduk yang menjadi petunjuk bagi yang tersesat dan
lain sebagainya. Aku tak terlalu tahu banyak tentang bintang, tetapi aku selalu
tahu bahwa rasi Delphinus selalu setia berada di atas atap rumahku setiap
malam. Rasi Delphinus membawa semua kenanganku pada malam hari sampai saat ini,
ia yang paling mengenal aku. Karena ia yang paling setia muncul saat malam,
mencuri perhatianku hingga aku tertarik untuk bercerita banyak, berkeluh kesah,
menangis sambil menatapnya. Ia paling tahu bahwa aku perempuan paling cengeng,
ia mengumpulkan semua air mataku, menyimpannya, lalu setelah aku selesai
menangis ia memberiku kekuatan untuk menghadapi hari esok, agar aku lebih tegar
menghadapi ujian hidup esok hari. Aku tahu bahwa kekuatan itu berasal dari air
mataku sendiri, dan harga itulah yang harus aku bayar untuk sebuah kekuatan.
Bintang-bintang tahu aku yang paling kuat walau sering menangis, aku dan
bintang-bintang tahu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar