Senin, 07 Juli 2014

Aku Jatuh Cinta pada Malam

Aku suka sekali malam. Dari kecil aku selalu mengagumi langit malam. Semua pertanyaan filsafatku lahir pada malam hari. Mengapa ada malam? Mengapa harus ada bulan dan bintang? Mengapa bintang ada banyak sedangkan bulan hanya satu? Mengapa bulan terus mengikuti aku? Pertanyaan itu selalu muncul di dalam kepalaku saat kecil dulu. Pertanyaan-pertanyaan itu hampir membuat ibuku gila, karena terus menanyakannya setiap malam.
Setiap malam sebelum tidur, aku selalu berlari keluar rumah mengucap salam perpisahan pada langit semoga besok aku bisa bertemu lagi dengan malam. Pernah suatu ketika aku dimarahi oleh ayahku karena tidak mau tidur padahal esok hari aku harus pergi sekolah. Malam itu langit bersinar sangat cerah, aku terlalu sayang jika harus melewatkan malam itu dengan tidur. Lalu aku berjanji pada ayahku aku akan bangun pagi esok hari. Ayahku hanya menjawab terserah, dan aku tidak tidur semalaman karena terus mengagumi langit malam.
Pernah juga di waktu pertengahan masa kuliah aku tidak tidur semalaman, karena aku membaca sebuah artikel bahwa ada hujan bintang malam itu. Aku menunggu semalaman sambil menatap langit yang mendung dan hujan tak pernah berhenti turun malam itu. Tapi aku terus menunggu hujan bintang, dan akhirnya aku menyerah karena sampai jam tiga dini hari hujan tak juga berhenti turun. Tapi setidaknya aku bersyukur bisa menikmati malam yang gerimis, yang setidaknya membawaku pada kenangan-kenangan indah saat hujan.
Malam selalu istimewa buatku, saat kecil aku selalu disuguhkan pemandangan laut di malam hari, karena setiap kali aku pulang kampung ke Palembang aku selalu sampai di pelabuhan dan menaiki kapal penyeberangan pada malam hari. Awalnya aku tak mengerti mengapa orang-orang lebih memilih berada di luar sedangkan di luar sana tak ada pemandangan apapun selain warna hitam, angin yang bertiup kencang dan suara debur ombak. Ayahku mengajakku pergi ke buritan kapal, di sana ada banyak orang yang sedang menikmati laut malam. Aku menatap langit dan betapa aku dibuat tak bisa berkata apa-apa karena malam itu langit bersinar terang, ada banyak bintang bertaburan di atas kepalaku. Aku tak pernah mau berhenti manatap langit itu. Lalu aku mulai jatuh cinta pada laut malam. Ketika orang-orang memuja dan jatuh cinta pada sunset di pantai ini itu, aku malah jatuh cinta pada laut malam.
Beberapa kali juga aku menikmati pantai di malam hari, ternyata menikmati pantai di malam hari lebih mengasyikan daripada saat siang atau saat senja saat semua orang berebut ingin melihat sunset. Saat malam aku bisa mendengar debur ombak dengan lebih jelas, saat malam langit terasa lebih terang dan lebih berkawan padaku. Aku tak perlu kacamata atau topi untuk melindungi kepalaku. Saat malam juga pantai jadi lebih romantis apalagi jika ditemani api unggun dan orang-orang kesayangan, lalu kita bertukar cerita.
Dari malam juga aku banyak belajar untuk sabar, karena aku selalu mengeluh saat malam hari ketika semua orang sedang tertidur. Pada malam juga aku mencurahkan seluruh beban yang aku tanggung, dan aku menangis pada malam hari. Malam selalu menjadikan aku kuat, karena ketika semua orang terbuai oleh mimpi mereka dan berada pada titik terlemah hidupnya. Aku masih terjaga, mengatur strategi bagaimana nanti pagi aku bangun dan menjalani hariku dengan wajah yang ceria tanpa beban.

Malam juga mengajarkan aku tentang kesetiaan, seperti pada bintang Polaris yang selalu setia pada utaranya. Bintang Sirius yang selalu terang walau hidupnya yang paling sebentar, rasi biduk yang menjadi petunjuk bagi yang tersesat dan lain sebagainya. Aku tak terlalu tahu banyak tentang bintang, tetapi aku selalu tahu bahwa rasi Delphinus selalu setia berada di atas atap rumahku setiap malam. Rasi Delphinus membawa semua kenanganku pada malam hari sampai saat ini, ia yang paling mengenal aku. Karena ia yang paling setia muncul saat malam, mencuri perhatianku hingga aku tertarik untuk bercerita banyak, berkeluh kesah, menangis sambil menatapnya. Ia paling tahu bahwa aku perempuan paling cengeng, ia mengumpulkan semua air mataku, menyimpannya, lalu setelah aku selesai menangis ia memberiku kekuatan untuk menghadapi hari esok, agar aku lebih tegar menghadapi ujian hidup esok hari. Aku tahu bahwa kekuatan itu berasal dari air mataku sendiri, dan harga itulah yang harus aku bayar untuk sebuah kekuatan. Bintang-bintang tahu aku yang paling kuat walau sering menangis, aku dan bintang-bintang tahu itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar