Aku sangat suka langit malam. Malam selalu lebih indah dibandingkan saat kapanpun. Langit yang penuh dengan bintang. Bulan purnama, bulan saparuh, bulan sabit, bulan gembung dan bulan mati. Bintang juga selalu memancarkan sinarnya yang cantik dan bermacam-macam, merah, putih, biru dan kuning. Kadang aku sering berpikir, bagaimana rasanya tinggal di ruang angkasa bersama milyaran bintang yang berwarna-warni itu? Bagaimana jika di ruang angkasa aku terjatuh, aku akan jatuh kemana? Lalu, kadang juga aku berpikir seluas apakah ruang angkasa itu, dimana ujungnya atau ternyata ruang angkasa ternyata bulat seperti bumi?
Aku bukan orang cerdas yang mampu menjawab semua pertanyaan tadi. Tapi, biarlah itu semua tetap misteri. Aku hanya bisa memandang kagum kepada langit malam, dan bagaimana ia bisa secantik itu. Kalau ada laki-laki yang menggombali kekasihnya, pasti mereka akan membawa benda-benda angkasa di langit malam. Entah itu bulan, entah bintang.
"Neng, kamu liat bulan purnama itu gak?"
"Iya, liat."
"Bulannya kaya muka kamu ya neng."
Biasanya perempuan zaman dulu akan tersipu-sipu malu. Berbeda dengan perempuan zaman sekarang yang biasanya suka pura-pura ngambek kalau di gombali seperti itu. Karena mereka tau bahwa bulan itu berlubang-lubang penuh kawah. Memangnya ada perempuan yang mau dibilang mukanya bopengan. Kalaupun ternyata memang mukanya bopengan. Pasti perempuan itu langsung tersinggung dan ngambek berhari-hari. Makanya rayuan itu sudah tidak terpakai lagi sekarang. Maka untuk versi modernnya digantilah dengan bintang, meteor, dan aurora. Contohnya:
"Neng, kamu liat bintang di langit gak?"
"Gak bang, emang kenapa?"
"Yaiyalah, gak ada. Kan bintangnya udah pindah ke mata kamu semua."
#EEAAAA... Klepek-klepek. Kaya ayam abis dipotong.
"Neng, kamu punya ekor gak?"
"Gak lah, emang aku monyet."
"Pasti punya lah, kamu kan meteor yang jatuh dari langit ke hati aku. Meledakkan jantungku dan membuat kawah di sana untuk dijadikan objek penelitian selama bertahun-tahun. Dan semua orang tau bahwa kamu pernah singgah di sana."
"?????, apaan sih."
Walaupun yang ini agak garing, tapi tetep aja sering di pake sama cowok-cowok yang mau ngegombalin ceweknya.
"Neng, mau gak kamu tinggal di kutub utara?"
"Ngapain Bang?"
"Jadi aurora borealisnya Abang, nanti abang yang jadi polarisnya. Jadi kita gak pernah jauh gitu. Polaris kan selalu setia sama langit utara."
"Terserahlah terserah. Aku gak ngerti apa yang kamu omongin."
Hahahaha. Itulah beberapa contoh gombalan yang sering aku dengar dari orang-orang sekitar. Walaupun gombalan-gombalan itu garing, tapi tetep aja banyak dipake. Jadi, gombalan dengan memakai benda-benda langit mungkin akan tetap abadi sepanjang masa. Karena akan selalu ada orang-orang yang mengagumi langit malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar