Selasa, 22 Juli 2014

Hanya Isyarat


Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun, orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang hanya sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa.
(Dee- Hanya Isyarat)

Lagu dan sepenggal cerpen karya Dee yang berjudul hanya isyarat, menggambarkan suasana hati aku banget. Aku pernah nulis status di facebook memakai sepenggal cerita dalam cerpen Dee. Tapi, memang rasanya percuma karena waktu itu aku belum berteman di facebook dengan orang yang aku suka. Beberapa hari sesudah aku menulis status tersebut barulah aku menguatkan diriku untuk menambahkan dia ke dalam permintaan pertemanan. Alhamdulillah, malamnya langsung di konfirm. Waktu ada pemberitahuan bahwa dia menerima permintaan pertemanan. Aku langsung bersorak girang. Senang sekali rasanya.

Tapi, hubungan kami hanya sekedar berteman lewat facebook saja. Tidak lebih. Aku hanya menyukai statusnya satu kali saat dia membagikan video. Sedangkan dia belum sama sekali menyukai status yang aku buat. Kami tak pernah saling komen apalagi sampai chat. Aku hanya membaca status yang ia buat saja tak lebih dari itu. Entahlah dengan dia. Mungkin status yang aku buat hanya dianggapnya tulisan yang numpang lewat di berandanya.

Sering kali teman-temanku gemas. Kata mereka aku harus memulai duluan untuk menyapanya. Aku selalu menolak gagasan itu, bahkan kalau bukan karena dipaksa teman-temanku untuk menambahkannya ke dalam pertemanan aku mungkin tak akan berteman dengannya sampai sekarang. Aku selalu berkata, biarin ajalah, setiap kali teman-temanku menyuruhku menyapanya terlebih dahulu, agar kami bisa bekenalan. Aku terlalu malu untuk itu, mungkin jika aku tak menyukainya semua itu akan jadi lebih mudah. Aku bisa berkenalan dengannya tanpa harus malu. 

Temanku selalu berkata, "Bagaimana dia bisa tau kalo lo suka sama dia. Lo aja ngumpetin perasaan lo terus." Dan aku selalu berkata, "Biarin ajalah. Biar gue nikmatin aja rasa ini sendiri." Kalian pasti tahu, cinta yang tak terungkap itu pastilah menyakitkan. Tapi aku sudah mengakrabi sakitnya, cinta yang tak terungkap dan bagaimana rasanya menahan rindu sendiri. Tanpa ia tahu, tanpa aku harus bicara bahwa aku rindu. Hanya lewat isyarat-isyarat halus yang mungkin tak pernah dimengertinya, yang mungkin tak pernah dibacanya ketika isyarat itu muncul di berandanya menumpang lewat. Aku tahu bagaimana rasanya cinta kepada orang yang tak pernah sepatah katapun aku berbincang dengannya. Tapi, aku bisa menikmati setiap jengkal rasa ini sendiri. Benar-benar sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar