Ayahku sering tak mengerti mengapa perempuan selalu berbicara. Ayahku sering berkata, "Apa kalian gak bisa mengerjakan sesuatu dengan tenang? Kalian selalu bicara dalam mengerjakan segala hal."
Ayah tak mengerti bahwa perempuan memiliki otak yang dirancang dengan banyak titik pusat berbicara. Otak perempuan dirancang untuk bisa mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu. Ayah selalu heran, ketika aku ada di dapur aku memasak sambil terus berbicara pada ibu yang ada di ruang depan, sementara dari dapur suara musik terus mengalun dan dari ruang depan suara tv terus merongrong. Dan di dapur sambil terus memasak, aku juga membersihkan dapur termasuk mencuci peralatan dapur dan terus saja asik menggonta-ganti lagu yang kusuka dari handphone.
Ayah selalu bingung mengapa kami yang perempuan selalu bisa melakukan itu, bukan hanya perempuan-perempuan di rumah. Perempuan di kantornya juga. Mereka terus berbicara dengan teman sebelahnya sementara tangan-tangan mereka tetap bekerja. Ayah ingin seperti itu katanya, ingin punya keahlian perempuan yang tidak dimiliki laki-laki manapun di dunia ini.
Ketika ayah bekerja suasana harus diam dan tenang, kalau tidak pekerjaannya bisa salah nanti. Ketika ayah berbicara ia akan berhenti bekerja sebentar, lalu akan meneruskan pekerjaannya setelah ia selesai berbicara. Ayah akan pusing jika mendengar kami berbicara sementara ia terus bekerja. Kata ayah, "Laki-laki yang bisa melakukan pekerjaan sekaligus seperti yang perempuan sering lakukan pasti ia merupakan orang paling hebat di dunia. Ia terus berbicara sementara ia mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus."
Ayah selalu bingung dengan apa yang kami bicarakan ketika kami yang perempuan sedang berbicara, ayah selalu bilang kami seperti berbicara berbarengan. Tidak ada yang mengalah untuk mendengarkan dan satu orang menciptakan topiknya masing-masing, dan kami tak pernah punya tema untuk setiap pembicaraan kami. Kami juga sering beralih topik dari satu topik ke topik lainnya. Ayah sering bingung sebenarnya apa yang dibicarakan oleh kami, sampai-sampai rasanya rumah seperti dipenuhi oleh warga sekampung.
Ayah tidak tahu bahwa kami hanya berbicara seputar yang terjadi di sekitar kami, kami berbicara bergantian dan setiap dari kami saling mendengarkan setelah itu kami saling menimpali, kami tidak menciptakan topik kami masing-masing, kami hanya mengaitkan topik yang dibahas dengan kejadian yang saling berhubungan. Kami memang sering berganti topik pembicaraan sehingga mungkin laki-laki akan bingung dengan apa yang kami bicarakan.
Perempuan memang begitu, Ayah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar