Namamu,
aku tak pernah lelah mengejanya. Menuliskannya dalam setiap halaman buku
harianku, mengeja huruf per huruf. Mengartikannya, lalu membawanya ke dalam
mimpiku. Esoknya aku lakukan hal yang sama. Setiap hari. Aku tak pernah lelah.
Kadang
mereka mengejekku, karena hanya bisa melakukan itu untukmu. Hanya berharap kau
tahu. Kadang juga aku tak ingin siapapun tahu. Cukup aku. Tapi, aku rasa aku
tak pernah bisa menyembunyikannya. Karena mataku, senyumku selalu terkatup
rapat menahan sesuatu yang ingin keluar dari tubuhku setiap kali aku melihatmu.
Hanya itu, isyarat halus yang bisa kutunjukan. Isyarat yang tak akan di mengerti
siapapun.
Aku
harus bagaimana lagi? Aku hanya bisa mengeja saja. Aku masih buta akan rasa
yang bernama cinta. Yang aku tahu aku malu bahkan pada diriku sendiri ketika
tak sengaja aku bertatapan denganmu. Apalagi yang harus aku lakukan? Selain
mengeja namamu. Aku sungguh bingung terhadap diriku sendiri. Lalu apalagi?
Tidak adakah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar