Kau
yang saat ini menguasi tiga perempat pikiranku, pernahkan kau merasa bahwa aku
tengah memperhatikanmu dari kejauhan. Pernahkah kau berpikir bahwa ada yang
mencintaimu saat ini. Akan kujelaskan bagaimana bisa aku mencintaimu saat ini, bagaimana
aku bisa mencintai orang yang tak pernah aku tahu sebelumnya, yang tak pernah
aku tahu bagaimana suara dan senyumnya bahkan namanya. ini semua berawal dari
salah satu teman kita. Akan aku ceritakan.
Ketika
itu hari Senin, 28 April 2014. Prodi kita berpisah untuk penelitian, prodiku
mengadakan kunjungan ke Balai Bahasa Bali. Sedang kau kunjungan ke sekolah. Aku
tidur sepanjang perjalanan dari hotel ke balai bahasa dan dari balai bahasa
menuju Kintamani karena kelelahan. Hatiku masih kosong tak berisi ketika itu,
yang aku pikirkan saat itu aku ingin cepat-cepat pulang karena merindukan
adikku yang bungsu. Dalam perjalanan ke Kintamani guide bus kami menjelaskan
bahwa ada larangan tidur siang setiap hari senin karena jodohnya akan jauh
nanti, entah itu benar atau tidak. Aku langsung bangun dan menatap pemandangan
di jendela kiri. Pemandangan yang luar biasa.
Pikiranku
mulai melayang pada kejadian saat makan siang di Restaurant Bromo Asri, ketika
aku mengisi daya handphoneku. Aku membiarkan handphoneku mengisi daya sementara
aku pergi makan siang. Ketika aku mengecek handphoneku ternyata ada yang
mencoba membobol sandi handhoneku. Aku kaget ketika itu, karena ada peringatan
tertulis layar. Aku mencoba menerka-nerka kemungkinan yang terjadi. Aku mulanya
berpikir ada yang berniat mencuri handphoneku, tetapi kalau dipikir lagi
rasanya tidak mungkin. Kalau memang ada pencuri yang ingin mengambil
handphoneku pasti ia tidak akan berusaha membobol sandi, langsung cabut beres.
Lagi pula banyak handphone yang lebih mahal di sana. Handphoneku Cuma handphone
murah.
Kemungkinan
lainnya ada yang Kepo. Tapi siapa? Memang ada?. Lalu, aku mendapatkan
kemungkinan lain yaitu, karena banyak yang mengisi daya di sana. Asal tumpuk,
maka mungkin saja handphoneku tergesek sana sini. Hingga besar kemungkinan,
sandi handphoneku seolah-olah ada yang membobol. Aku mendapat jawaban atas
masalah handphoneku. Pikiranku kembali pada perjalan menuju Kintamani.
Setibanya
di sana dan makan siang, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Seperti ada
yang mengamatiku, namun entah siapa. Aku tak tahu, namun aku mengacuhkan.
Mungkin hanya perasaanku saja. Selesai makan siang dan kembali ke Bus menuju
desa Penglipuran. Seorang temanku duduk di sampingku lalu berkata, “Sanel, lu
dapet salam dari A****, eh eh bukan. Dari A***. Eh.” Dia berkata seolah
bingung, aku hanya menatapnya datar. Bingung juga dengan tingkahnya. Dia kesal
melihat tingkahku itu. “Lo bego ya nel. Budek Lo.”, aku malah tambah bingung di
tambah lagi itu hari pertama menstruasiku. Aku Cuma berkata, “Gak tau, L**. Gue
lagi bingung.” Lalu aku mengacuhkannya, dan berpura-pura tidur sampai ia
meninggalkanku.
Sesampainya
di desa itu, aku melihat seorang temanmu menepuk kakimu saat aku lewat. Kau sedang
berada di pendopo ketika itu, aku hanya melirik. Entah siapa yang di maksud
oleh temanmu, karena ada banyak orang di sana. Lalu, ketika aku sibuk mencari
tasku yang hilang (dibawa oleh salah satu temanku), aku melihatmu sedang
merokok di dekat Bus. Aku melewatimu namun mulai berpikir, itu namanya siapa ya, bukannya itu si A****. Tapi, gak tau deh. Bener
gak sih itu yang namanya A****. Aku mulai mengingatmu dan mulai memikirkan
apa yang dikatakan oleh L***. Lalu, aku mulai melihatmu dimana-mana. Di resto
saat makan malam, saat aku membeli minuman di pasar swalayan, di toilet, di
bangku tunggu saat akan menonton pertunjukan tari kecak, sepulangnya dari desa
itu. Mungkin sebenarnya aku yang memperhatikanmu.
Ketika
di pantai Jimbaran, aku mulai benar-benar memperhatikanmu. Dari jarak meja ke
panggung, aku mulai mencari-carimu. Kau bernyanyi, aku menikmati. Kita kau
bernyanyi, aku bertanya pada seorang temanku. “Itu yang nyanyi siapa, Cek?”aku
ingin tahu siapa kau sebenarnya. Benarkah kau yang bernama A**** atau bukan,
lalu dia mulai bercerita banyak tentangmu. “Oh,
itu. Si A****. Anak Bekasi dia. Gua pernah ketemu dia pas gua sama Iwan di
Galaxy. Dia anak Band, liat aja gayanya. Orangnya rada aneh, masa dia ngeliatin
gua kaya orang bingung pas ketemu di Galaxy. Kaya kenal gitu kali ya. Hahahaha.”
Aku hanya ber-Oh ria ketika ia bercerita banyak tentangmu. Aku langsung
tersenyum manis.
Ternyata
benar, itu kamu yang benama A****. Aku mulai memperhatikanmu tanpa suara lebih
dalam dari yang sebelumnya. Aku mulai jatuh cinta ketika kau meminta api
lampion. Aku merasa benar-benar bahagia ketika itu. Tiba-tiba aku ingat semua,
saat aku berteriak “Ih, tatonya bunga. Lucu.” Saat pementasanmu ketika itu. Aku
mulai menandai wajahmu saat kita berpapasan di pendopo seusai pementasanmu. “Inikan
yang pake tato bunga.” Aku mulai menyadari keberadaanmu di jurusan ketika itu. Sebelumnya
aku pikir kau kakak kelas yang suka nongkrong di pendopo. Aku berpikir kau
sangat manis ketika itu. Ada perasaan gemas ketika melihatmu. Tapi, hanya
sekedar lucu-lucuan saja. Bahkan aku tak berminat menanyakan namamu ketika itu.
Baru ketika malam keakraban itu aku merasa mengenalmu.
Hal
ini menggelikan buatku, aku merasa seperti orang bodoh. Aku mengingat-ingat
apakah aku pernah mengenalmu, berpapasan denganmu sebelum malam itu. Mulai
senyum-senyum sendiri ketika ingat kejadian kau yang meminta api lampion. Aku
mulai berpikir bahwa memang kau menyukaiku seperti yang dikatakan L***. Siapa
sih yang gak GeeR, ketika aku lewat teman-temanmu langsung heboh, paling tidak
diantara mereka menyenggolmu. Teman-teman kelasmu mulai bertanya-tanya “Yang
namanya Sanel, mana sih.” Aku tak mengerti kenapa mereka menanyakan aku. Apa
aku jadi bahan perbincangan mahasiswa satu angkatan. Bahkan aku mendengarnya
sendiri saat sarapan pagi di hotel. Bahkan, di saat makan siang di salah satu
restaurant di Tanah Lot temanmu menepukmu ketika ada aku yang duduk di dekatmu.
Yang aku tahu kamu tak pernah jauh dariku, bahkan saat di kapal penyeberangan
pun kamu tak jauh dariku, dimanapun selama perjalanan itu kamu tak pernah jauh.
Lalu, aku benar-benar merasa sayang ketika kita ada di Jogja. Kita menghabiskan
malam bersama walaupun tanpa bicara. Kau bicara dengan teman-temanmu sementara
aku mengamatimu.
Lalu,
aku benar-benar dibuat hancur ketika temanku bercerita bahwa kau mencintai
gadis lain. Bukan aku. Selama ini aku hanya salah menyangka. Selama ini aku
hanya salah menafsirkan. Bukan aku yang kau perhatikan tapi S*****. Harusnya aku
sudah menduga hal itu, karena memang banyak orang lain disekitar kita kan. Aku
menangis mendengar kabar itu. Namun, enath mengapa aku benar-benar merasa
menjadi orang bodoh sekarang. Orang yang perasa, gampang GeeR, salah
pengertian. Aku menahan geli pada diriku sendiri, betapa bodohnya aku. Ternyata
bukan aku, tapi dia yang sudah punya kekasih hingga membuatmu bingung harus
bagaimana.
Tapi,
hingga saat ini aku masih mencintaimu. Menunggumu menemukan hatimu kembali,
sebelum akhirnya aku akan menyambut kepulanganmu. Aku masih menunggumu,
menemukan hatimu kembali. Satu yang aku pelajari dari semua kejadian ini, aku
gak boleh gampang Geer lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar