Aku pernah mengalami kejadian yang menarik. Ketika itu aku sedang ada di terminal Rawamangun, seperti biasa setiap kali akan pulang dan berangkat kuliah aku selalu melewati terminal itu. Di hari itu aku diturunkan oleh supir metromini karena penumpangnya hanya ada dua orang. Akhirnya aku menunggu metro yang lain lewat di samping terminal. Ketika itu ada seorang pengemis, aku memberi uang seribu rupiah kepadannya. Kemudian dia mengucapkan terima kasih dan mulai banyak berbicara, awalnya aku agak malas menanggapinya. Dia terus bertanya-tanya kepadaku. Aku hanya mengiyakan saja setiap perkataannya.
Tapi ada satu kalimat yang menarik perhatianku sebelum ia pergi. "Kamu itu seperti Dewi Kamaratih." Aku hanya menganga saat itu. Tak mengerti apa yang dikatakan ibu tadi, aku tak tahu siapa Dewi Kamaratih. Dengarpun baru sekali tadi. Apakah dia benar-benar seorang Dewi atau seorang artispun aku tak tahu. Kalimat itu terus terngiang-ngiang. Akhirnya sepulang kuliah aku langsung browsing tentang Dewi Kamaratih.
Ternyata, Dewi Kamaratih atau Ratih adalah dewi cinta/asmara dalam kepercayaan Hindu Jawa kuno. Ia adalah anak perempuan Daksha dan istri batara Kamajaya dewa cinta. Ketika suaminya terbakar api dari mata ke tiga Batara Guru, ia meminta Batara Guru untuk membunuh dirinya sekalian, sebagai wujud kesetiaannya kepada Batara Kamajaya. Ia adalah Dewi yang sangat cantik, sehingga muncul kepercayaan di masyarakat agar melukiskan Dewi Kamaratih pada kelapa muda sewaktu upacara Mitoni, sehingga apabila nanti anak yang lahir adalah perempuan, ia akan secantik Kamaratih. (Sumber: wikipedia.com)
Wah, aku baru tahu kalau ternyata Dewi Kamaratih merupakan seorang Dewi cinta dan yang pasti ia sangat cantik. Tapi kayaknya aku gak kaya Dewi Kamaratih deh. Ibu itu sok tahu. Tapi yang sangat menarik adalah, menurut primbon jawa ternyata aku bermangsa katelu karena lahir di tanggal 18 September. Mangsa ini dilindungi oleh Dewi Kamaratih. Mungkin yang dimaksud sama ibu itu, mangsa ini kali ya. Tapi hebat banget ibu itu bisa tahu kalo aku mangsa katelu.
Aku benar-benar tertarik dengan cerita Dewa Dewi dalam kepercayaan jawa kuno sekarang. Aku dan keluargaku yang tak memiliki darah kelahiran jawa sama sekali tentu tidak mengerti perihal itu. Aku sebelumnya tak pernah tertarik dengan cerita pewayangan. Aku sama sekali tidak bisa dan tidak mengerti bahasa jawa. Setiap ada yang mengajakku berbicara dengan bahasa jawa aku cuma bisa nyengir babi. Lalu mereka akan tersenyum maklum sambil berkata, "Oh, bukan orang jawa."
Semenjak saat itu aku mulai mempelajari kebudayaan jawa. Ternyata memang sangat menarik. Sekarang aku juga sedikit-sedikit bisa mengerti jika ada yang berbicara menggunakan bahasa jawa. Cuma aku belum bisa menanggapi dengan bahasa jawa, jadi jawabnya masih pakai bahasa Indonesia. Hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar