Kemarin malam, aku
memimpikan seorang pria yang selama ini tak pernah menarik perhatianku. Ia datang
ke dalam mimpi dengan gaya berpakaian seperti biasanya. Membawa sebuah laptop,
lalu menunjukan sebuah puisi untukku.
“Itu untuk aku?” Aku
bertanya kepadanya.
“Iya, puisi ini untuk
kamu.” Ia menjawab sambil tersenyum kepadaku, mendadak wajahnya memerah seperti
menahan sesuatu.
“Kamu sekarang masih
jatuh cinta sama aku?” Aku membalas tatapan matanya, kemudian ia menunduk.
“Iya, aku jatuh cinta
sama kamu. Tapi dulu. Sekarang, aku gak tau. Tapi, aku selalu ingin membuat
puisi untukmu.”
Aku terkejut, malam itu
mengapa malah ia yang muncul dalam mimpiku. Bukan seorang yang aku harapkan
kehadirannya dalam mimpiku. Yang selalu aku doakan semoga ia mau hadir untuk
sekedar menyapaku di dalam mimpi. Yang aku harapkan muncul ternyata tak pernah
hadir.
Di dalam mimpiku, semua
orang berbisik-bisik tentang aku dan pria itu. Seolah semua nyata dalam mimpi
itu, aku berfoto bersamanya. Ia tersenyum tulus, lalu berkata “Kamu selalu
tampak anggun dalam kesederhanaanmu.” Dan aku hanya tersipu.
Lalu yang aku ingat
dalam mimpi itu, aku berada di dapur rumahku. Ada banyak barang yang berkilau
di sana. Aku melihat ada seorang wanita tua yang menyuruhku memilih benda-benda
di sana. Aku memilih sebuah cangkir berwarna hijau lumut yang sudah agak retak
dan gompal di bagian bibirnya. Ia kemudian bertanya mengapa aku memilih cangkir
itu, sedangkan di sana ada banyak barang yang lebih bagus dan mahal.
“Aku memilih cangkir
ini, karena ia telah memilih aku. Aku melihat ada namaku tertulis di bawah
cangkir ini. Ia tampak menonjol dibandingkan benda yang lain, walaupun benda
yang lain itu tampak lebih berkilau.” Aku terus mengelus cangkir itu dengan
penuh rasa sayang, takut jika cangkir itu pecah nantinya.
“Seberapa kalipun aku
melirik ke benda yang lain. Tetapi, aku selalu memilih cangkir ini lagi. Hatiku
terus berkata bahwa aku harus memilihnya, karena ia telah memilih aku. Aku
menyukai cangkir ini. Ia tampak berkilau dalam kesederhanaannya.” Aku tersenyum
pada wanita tua itu. Ia membalas senyumanku, lalu beranjak dari tempat ia
berdiri.
“Kamu memilih hal yang
tepat, karena cangkir itu adalah cangkir yang kokoh. Walaupun tampak retak.
Sekuat apapun kamu meleparnya, cangkir itu tak akan pecah. Kamu orang yang
tepat untuk memiliki cangkir ini.” Lalu, wanita itu pergi. Dan aku terbangun
dari tidurku. Rasanya mimpi itu benar-benar nyata. Aku melihat jam, pukul lima
pagi. Ternyata aku baru tertidur selama satu setengah jam, tapi rasanya aku
seperti sudah tidur seharian. Mimpi itu benar-benar aneh, dan seharian ini aku
terus memikirkan maksud mimpiku. Di dalam mimpiku aku dihadapkan oleh banyak
pilihan, dan di antara banyak barang-barang berkilau itu, aku memilih sebuah
cangkir yang retak. Entahlah, mimpi ini memiliki arti atau mungkin hanya bunga
tidur semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar