Sabtu, 02 Agustus 2014

Mimpi Semalam

Kemarin malam, aku memimpikan seorang pria yang selama ini tak pernah menarik perhatianku. Ia datang ke dalam mimpi dengan gaya berpakaian seperti biasanya. Membawa sebuah laptop, lalu menunjukan sebuah puisi untukku.

“Itu untuk aku?” Aku bertanya kepadanya.

“Iya, puisi ini untuk kamu.” Ia menjawab sambil tersenyum kepadaku, mendadak wajahnya memerah seperti menahan sesuatu.

“Kamu sekarang masih jatuh cinta sama aku?” Aku membalas tatapan matanya, kemudian ia menunduk.

“Iya, aku jatuh cinta sama kamu. Tapi dulu. Sekarang, aku gak tau. Tapi, aku selalu ingin membuat puisi untukmu.”

Aku terkejut, malam itu mengapa malah ia yang muncul dalam mimpiku. Bukan seorang yang aku harapkan kehadirannya dalam mimpiku. Yang selalu aku doakan semoga ia mau hadir untuk sekedar menyapaku di dalam mimpi. Yang aku harapkan muncul ternyata tak pernah hadir.

Di dalam mimpiku, semua orang berbisik-bisik tentang aku dan pria itu. Seolah semua nyata dalam mimpi itu, aku berfoto bersamanya. Ia tersenyum tulus, lalu berkata “Kamu selalu tampak anggun dalam kesederhanaanmu.” Dan aku hanya tersipu.

Lalu yang aku ingat dalam mimpi itu, aku berada di dapur rumahku. Ada banyak barang yang berkilau di sana. Aku melihat ada seorang wanita tua yang menyuruhku memilih benda-benda di sana. Aku memilih sebuah cangkir berwarna hijau lumut yang sudah agak retak dan gompal di bagian bibirnya. Ia kemudian bertanya mengapa aku memilih cangkir itu, sedangkan di sana ada banyak barang yang lebih bagus dan mahal.

“Aku memilih cangkir ini, karena ia telah memilih aku. Aku melihat ada namaku tertulis di bawah cangkir ini. Ia tampak menonjol dibandingkan benda yang lain, walaupun benda yang lain itu tampak lebih berkilau.” Aku terus mengelus cangkir itu dengan penuh rasa sayang, takut jika cangkir itu pecah nantinya.

“Seberapa kalipun aku melirik ke benda yang lain. Tetapi, aku selalu memilih cangkir ini lagi. Hatiku terus berkata bahwa aku harus memilihnya, karena ia telah memilih aku. Aku menyukai cangkir ini. Ia tampak berkilau dalam kesederhanaannya.” Aku tersenyum pada wanita tua itu. Ia membalas senyumanku, lalu beranjak dari tempat ia berdiri.


“Kamu memilih hal yang tepat, karena cangkir itu adalah cangkir yang kokoh. Walaupun tampak retak. Sekuat apapun kamu meleparnya, cangkir itu tak akan pecah. Kamu orang yang tepat untuk memiliki cangkir ini.” Lalu, wanita itu pergi. Dan aku terbangun dari tidurku. Rasanya mimpi itu benar-benar nyata. Aku melihat jam, pukul lima pagi. Ternyata aku baru tertidur selama satu setengah jam, tapi rasanya aku seperti sudah tidur seharian. Mimpi itu benar-benar aneh, dan seharian ini aku terus memikirkan maksud mimpiku. Di dalam mimpiku aku dihadapkan oleh banyak pilihan, dan di antara banyak barang-barang berkilau itu, aku memilih sebuah cangkir yang retak. Entahlah, mimpi ini memiliki arti atau mungkin hanya bunga tidur semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar