Rabu, 27 Agustus 2014

Mereka Tak Akan Pernah Tahu!

Aku gak akan pernah tau kamu ada dimana, kecuali kalau kamu ada di depan mataku. Aku juga gak pernah tau kamu sedang apa, kamu ada dimana. Karena kita gak pernah saling bicara. Kalau harus terus terang sebenarnya, rasa ini sangat menyiksa. Rindu yang tak pernah terobati, terus mendera sampai aku mati rasa. Aku bukan wanita cengeng yang akan menangis karena cinta, karena aku sudah dilatih mati-matiian agar tidak menangis ketika patah hati. 

Tapi, tahukah kau? Bahwa setegar apapun aku, sebenarnya aku juga pernah menangis. Alasannya bukan karena aku tidak dicintai, tapi karena aku telah jatuh cinta. Ketika hatiku tahu bahwa aku merasakan cinta, disaat itu pula aku merasa takut yang teramat sangat, disaat itu juga aku merasa masuk ke lubang tanpa dasar yang menyiksa. Aku selalu takut ketika merasakan cinta, takut kalau aku akan hancur nantinya. Maka setiap kali aku jatuh cinta, aku menangis menyiksa diriku sendiri. Aku menyiksa diriku dengan menghilangkan segala perasaan cinta, aku tidak boleh jatuh cinta.

Ketika aku lahir sebagai perempuan, aku mulai dilatih untuk bisa terbang tanpa sayap. Mereka mematahkan sayap yang tumbuh pada setiap anak perempuan. Aku dilatih agar tidak menangis saat ditikam, patah tangan, jatuh dari gedung lima puluh lantai. Aku sungguh tak menangis, mereka akan menghukumku dengan siksaan yang lebih berat lagi jika aku terlihat menangis, tapi aku selalu menangis diam-diam, meringis kesakitan. Sambil menengadah ke atas biasanya aku selalu bertanya, mengapa aku dilahirkan untuk menjadi seperti ini?

Aku menangis bukan hanya karena luka fisikku, tapi juga karena luka batin yang terus memborok dan busuk. Luka batin ternyata lebih menyiksa dan selalu membuatku ingin menangis, tapi itu haram untukku. Aku tak boleh jatuh cinta dan tak boleh menangisinya. Aku diciptakan untuk menggadaikan hati dan nurani manusiaku. Aku tak boleh disebut sebut sebagai manusia. Karena jiwa manusiaku telah aku tinggalkan dari belasan tahun yang lalu. Aku dilahirkan untuk menjadi monster haus darah, yang tak akan bersimpati pada siapapun termasuk pada yang kucinta.

Setiap hari aku harus memakai kedokku agar tidak ada yang tahu bahwa mereka sedang berada di dekat monster yang siap mengoyak siapapun yang menjadi targetku, mereka tak akan tahu bahwa orang yang selalu bersikap baik pada mereka adalah orang yang hanya ingin terlihat sebagai manusia. Mereka tak pernah tahu sampai aku membuka kedokku nanti. Samapi kapanpun mereka tak akan pernah mengerti siapa aku, yang mereka tahu aku adalah manusia biasa yang bisa bercerita tentang cinta, tertawa bahagia dan menangis ketika merasa sakit. Mereka tak akan pernah tahu bahwa ketika membalikkan badan aku menjelma menjadi monster berwajah datar tanpa rasa dan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar