Banyak orang yang mengatakan bahwa aku terlalu dingin terhadap lelaki, makanya aku tidak punya pacar. Kata mereka aku terlalu menjaga jarak dengan laki-laki, kata mereka pula aku selalu bersikap kasar pada lelaki maka para lelaki enggan berada dekat-dekat denganku.
Semua itu bukan tanpa alasan, sewaktu aku kecil aku selalu diwanti-wanti oleh ibuku agar berhati-hati dan menjaga jarak dengan lelaki. Ketika aku kelas 1 SD ibuku mewanti-wantiku agar jangan mau ikut dengan orang yang tak dikenal apalagi laki-laki nanti diculik katanya. Lalu saat aku kelas 5 SD ibuku mewanti-wantiku agar jangan terlalu dekat dengan laki-laki, nanti diperkosa katanya.
Karena kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku maka aku selalu menjaga jarak dengan laki-laki. Aku sering kali kasar terhadap mereka, saat aku kelas 6 SD salah seorang teman sekelasku diperkosa oleh pamanya. Semenjak saat itu ia tak pernah terlihat lagi di sekolah, kata teman-teman sekelasku ia pindah ke sekolah lain karena keluarganya malu dengan aib itu. Semenjak kejadian itu entah mengapa aku menjadi takut terhadap laki-laki, bahkan aku menganggap mereka musuhku. Aku tak pernah percaya pada ucapan laki-laki hingga kini.
Selain kisah teman SDku ada pula kisah teman SMPku yang harus dikeluarkan dari sekolah karena hamil, ia mengakui kehamilan itu akibat ia diancam oleh pacarnya untuk melakukan hubungan suami-istri. Aku merasa kasihan terhadapnya, dari banyak kisah teman-temanku mulai dari SD sampai sekarang kuliah membuat aku sulit mempercayai laki-laki. Walaupun begitu aku pernah beberapa kali jatuh cinta, tak banyak. Tak habis hitungan sepuluh jari, aku jatuh cinta pada laki-laki. Dan semua itu tak pernah aku ungkapan, karena aku takut aku akan dimanfaatkan oleh mereka.
Aku yang yang dingin
dan kaku terhadap siapapun teutama laki-laki, seringkali mengabaikan
sinyal-sinyal dari mereka yang mengisyaratkan maksud “Lihat aku, aku
menyukaimu.” Beberapa kali laki-laki yang mendekatiku harus hancur
berkeping-keping karena sikapku yang dingin. Bahkan ada seorang laki-laki yang
harus jatuh prestasinya karena setengah mati jatuh cinta padaku. Tapi bagai
orang tak berdosa aku tak apa-apa. Aku berusaha sebaik mungkin bahwa aku tidak
bersalah dihadapannya. Dan aku hanya dianggapnya manusia bodoh yang tak
mengerti isyarat bahwa ia menyukaiku. Tapi, sebelum sempat ia mengutarakan isi
hatinya aku menendangnya jauh-jauh dariku sampai hatinya hancur
berkeping-keping tak mau makan dan selalu terliihat lesu.
Pernah juga juga suatu
ketika ada laki-laki yang menangis karenaku bukan hanya satu. Memohon
perhatianku, tapi seperti orang tanpa dosa aku mengabaikan mereka. Seolah tak
terjadi apa-apa. Seolah itu bukan karenaku. Aku memang hanya memiliki satu
orang pacar sewaktu dulu, saat itu aku hanya ingin merasa percaya pada laki-laki,
tapi kenyataannya aku dicampahkan. Semenjak saat itu aku semakin dingin kepada
laki-laki, begitu aku membaca sinyal bahwa mereka mempunyai maksud tertentu
untuk mendekatiku, aku segera bertindak bahkan sebelum mereka sempat untuk
mendekatiku. Dingin, perlahan tapi menghancurkan mereka dengan sangat perih dan
pada akhirnya mereka akan hancur berkeping-keping.
Dulu juga aku pernah
mematahkan tangan seorang laki-laki yang bertindak kurang ajar padaku, aku
hanjar dia sampai babak belur. Aku hantam tangannya dengan penggaris yang
panjangnya satu meter sampai patah menjadi dua. Aku langsung dipanggil oleh BK
dan mendapatkan surat peringatanku yang petama. Lalu pernah juga aku bertengkar
dengan teman laki-laki sekelasku sampai ia mengeluarkan air mata karena
ucapanku yang tajam menyayat. Ada pula temanku yang aku dorong saat ia duduk di
penyangga ring basket hingga siku tangan yang ia gunakan untuk menopang
tubuhnya keseleo, engselnya keluar dari tempatnya.
Bagitu banyak
kekejamanku terhadap laki-laki, tapi yang paling aku ingat adalah aku
membalaskan dendam temanku. Ketika itu teman perempuanku adalah orang yang
paling sering dibully di sekolah. Tapi ia tak pernah bisa berbuat apa-apa. Aku membalskan dendam teman perempuanku kepada laki-laki yang sering sekali membullynya. Aku
mendendang meja yang akan ia duduki sampai ia terjengkang dan tertawa puas.
Setelah itu aku menghakiminya aku tumpahkan sumpah serapahku padanya. Dan
semenjak itu ia tak mau lagi berdekatan denganku, bahkan ia lebih memilih putar
balik jika bertemu denganku. Dan akhirnya dapat dipastikan bahwa semua
laki-laki membenciku dan enggan terlibat apapun denganku. Aku menakutkan di
mata mereka. Bahkan ada laki-laki yang begitu aku menatapnya dia akan langsung
pergi sambil menunduk.
Aku memang jahat, jahat
sekali terutama pada laki-laki. Walaupun aku selalu bersikap tenang,
sesungguhnya dibalik ketenangan itulah tersimpan sebuah senjata penghancur yang
tak pernah diduga siapapun. Dan aku tak pernah bertindak secara
terang-terangan, semuanya serba tersembunyi dan rapi. Sehingga tak ada satupun orang
yang akan menduga hal itu. Aku akan menghancurkan siapapun yang tak aku
inginkan yang telah mengincarku bahkan sebelum mereka maju seinchi menujuku,
dengan tenang, dingin, perlahan mereka akan hancur berkeping-keping, kesakitan.
Tapi mereka masih akan mengagungkanku. Mereka masih akan menyambutku, menyapaku
dengan senyuman termanis mereka, karena yang mereka tau aku adalah nona manis
yang tak tau apa-apa, tak berdosa, dan selalu tersenyum polos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar