"Kerudung
adalah simbol kebebasan bagi wanita!!!" katanya berulang-ulang,
menggebu-gebu ia ucapkan kepada pendengarnya.
aku
sering melihatnya, dulu sekali ketika aku masih menggunakan putih abu-abu. aku
tak pernah percaya, "bukankah kerudung itu membelenggu?" kataku saat
itu.
Semua
terperangah, menoleh kepadaku. mungkin yang ada pada pikiran mereka adalah
bahwa aku orang yang tak mengerti agama atau mungkin ada yang berpikiran aku
tak bertuhan. terserahlah apa kata mereka, tapi aku salahkan point yang kedua.
aku bertuhan, tapi aku memang tak mengerti soal agama. aku hanya mampu mengeja
a-ba-ta dan seterusnya. itupun karena aku belajar agama islam di sekolah dan
ibuku sempat menaruhkuku di TPA, tapi itu waktu aku SD. setelah lulus SD aku
tak pernah lagi mengaji, paling kalau disekolah ada pelajaran agama. tapi aku
sejak pertama belajar shalat, ayah tak pernah membiarkanku meninggalkan shalat
wajib.aku ingat dulu sewaktu SD disaat aku baru bisa shalat tanpa diawasi, aku
pernah shalat magrib 5 raka'at. aku pikir pahalanya akan bertambah.
hahahahahaha.tapi biarpun agamaku sebobrok itu, aku pernah loh dapat nilai 100
saat ujian akhir sekolah saat SMP, dan itu nilai terbaik satu angkatan. tak
tahu juga, aku saja bingung kenapa bisa dapat nilai segitu. mungkin karena
soalnya PG.
Dulu
aku tak pernah mau memakai kerudung, biarpun aku tak pakai kerudung aku tak mau
disetuh oleh lelaki. kalaupun iya berarti aku duluan yang menyentuh mereka.
:pdulu sejak aku SD seluruh siswa-siswi muslim wajib memakai busana muslim.aku
memakai busana muslim tapi tak berkerudung."Ribet!!!" jawabku setiap
ada yang bertanya.kalau guru yang bertanya maka akan kujawab "nanti,
ibu/pak setelah saya menemukan arti dari Alif Lam Mim." maka mereka akan
segera menggelengkan kepalanya. dari aku SD sampai lulus SMA nilai agamaku tak
pernah lebih dari 7, itu juga terjadi pada mata pelajaran matematika. tapi
bagiku lebih baik mengerjakan soal matematika paling sulit saat UN SMA
dibandingkan dengan menghafal saat pelajaran agama itu lebih sulit bagiku. maka
yang paling aku takuti adalah pelajaran dan ujian agama bukan pelajaran dan
ujian matematika, bahkan aku lebih suka pelajaran ekonomi yang semua murid
takut kepada gurunya karena galak, aku sering berdebat dengan guru killer ini.
Dulu
sebelum memakai kerudung aku sering sekali dikira non-muslim oleh banyak orang,
bahkan dulu aku pernah diajak masuk gereja oleh seorang pendeta saat aku sedang
menunggu temanku didepan gereja."Ayo nak masuk saja, tak usah ragu
kalau ingin berdoa." ia tersenyum
ramah kepadaku."maaf pak saya muslim." aku tekankan ucapanku. karena
aku merasa ragu dengan kalimat ini."oh iya maaf." wajahnya sedikit
aneh seperti menyelidik. maka pendeta itu meninggalkanku, di depan halaman
gereja.sungguh saat itu aku benar-benar ragu, apa aku pantas mengakui diriku
sebagai seorang muslim. oh, mungkin ini yang dikatakan guru agamaku dulu bahwa
kerudung adalah simbol wanita muslimah. dan itu bukan hanya terjadi sekali aku
dikira non-muslim, berkali-kali bahkan sampai aku berpikir apa aku lebih pantas
menjadi seorang non-muslim. mungkin dari karakter wajahku atau dari hal lain?
aku tak mengerti mengapa mereka mengiraku sebagai non-muslim.aku sering ke
masjid tapi jarang sekali aku ke masjid karena ingin shalat, tetapi dengan
tujuan lain. misalnya aku ingin, tidur, cuci muka atau mengerjakan tugas bahkan
ketika aku malas mengikuti suatu pelajaran dikelas maka aku akan pergi ke
masjid dan berdiam diri disana.
Dan
suatu ketika pernah hatiku bergetar, mendengar suara syahdu yang melantunkan
ayat-ayat suci Al-quran saat aku sedang menghabiskan waktuku sendirian di
masjid.entah siapa pemilik suara indah itu, aku menikmati lantunan itu lalu aku
segera mengambil Al-quran mengeja halaman yang aku buka dengan terbata-bata.
hampir aku menangis, tapi suara itu hilang. sejak saat itu aku mulai ragu untuk
memasuki masjid, aku malu masuk ke masjid karena aku merasa tak pantas berada
disana. aku tak pernah menginjakkan kakiku ke masjid lagi selama beberapa saat,
sampai aku kelas 3 SMA. saat kelas 3 SMA aku mulai kembali memasuki masjid,
membawa mukenah tapi aku masih tak berkerudung. biarlah, pikirku. aku melupakan
hal yang membuatku enggan pergi ke masjid. setiap hari aktif sekolah aku pergi
ke masjid, kecuali disaat tertentu yang pasti semua orang tau. mungkin karena
pengaruh ingin lulus SMA. setelah lulus SMA, aku kuliah di UNJ. saat masa-masa
sulit itu pertama kali aku bertemu dengan seorang ikhwan (aku mengerti istilah
ikhwan dan akhwat itu waktu disemester 1 kuliah loh) saat itu dia Kadept.
Advokasi 2011, aku bertemu dengannya di ruang BEM UNJ. saat itu aku bersama
ayahku menemuinya, aku masih belum berkerudung saat itu. ayahku menyalaminya,
maka aku yang duduk disamping ayahku pun ingin menyalaminya, aku mengulurkan
tanganku tapi ia menangkupan kedua telapak tangannya, ia menolak berjabat
tangan denganku. "aneh!!!" besit dalam hatiku. maka aku memandanginya
dengan tatapan menyelidik, mengapa ia tak mau berjabat tangan. tampaknya ia
juga merasa tak nyaman dengan tatapan meyelidikku. lalu beberapa hari kemudian
aku bertemu dengan seorang akhwat, dia banyak membantuku saat aku masuk UNJ.
ternyata dia berkerudung. tapi saat itu aku masih cuek saja, "ah, biasa
aku lihat perempuan dengan busana serapat ini." dalam hati. hingga
beberapa waktu kemudian, aku bertemu dengan mereka dia ruang BEM UNJ, saat itu
yang aku lihat diruangan adalah semua perempuan memakai kerudung, disaat itu
aku merasa benar-benar tersudut, dan aku merasa aneh, aku merasa diriku
pengganggu segala bentuk keindahan. bahkan disaat aku bertanya dengan seorang
senior aku merasa bahwa sudah saatnya aku berhijab.
"kak,
kenal sama kak (ini) gg?" "yang mana kakaknya?""yang pake
kerudung kak""semuanya disini pake kerudung."semuanya pakai
kerudung? saat itu aku berpikir kalau semua wanita muslim pakai kerudung
berarti aku akan menjadi perempuan yang terseudut karena tidak memakai
kerudung. dalam hatiku aku berkata "aku ingin memakai kerudung." tapi
saat itu aku bingung, pasti akan membuang waktu banyak jika aku memakai
kerudung dan kapan aku harus memulainya. akhirnya sampai breffing MPA aku masih
belum menggunakan kerudung. dan saat breffing MPA diumumkan bahwa seluruh
wanita muslim wajib memakai kerudung, maka disaat itulah aku memulainya dan aku
tak pernah melepasnya. walaupun saat itu aku masih menggunakan bergo, tapi aku
belajar menggunakan kerudung sedikit demi sedikit. awalnya aku merasa aneh
dengan wajahku yang baru pertama memakai kerudung, tapi lama kelamaan justru
aku merasa aneh jika tidak memakai kerudung.
ya,
mungkin saat ini kerudungku masih hitam karena masih banyak kebiasaan burukku
yang lalu yang belum bisa aku hilangkan, perilakuku yang tidak mencerminkan
seorang muslimah. maka hal itu akan menodai kerudungku. tapi aku yakin kerudung
hitam ini akan menjadi abu-abu lalu putih karena ditempa sinar kebaikan yang
mulai aku cari sedikit demi sedikit, InsyaAllah.
27-April-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar