Minggu, 27 Desember 2015

Blanc

Ada orang yang paling kukasihi, karena senyumnya yang hanya bisa kukenang-kenang dan apapun yang berasal darinya –yang sepertinya pula- sudah mulai pudar dan hanya bisa kuingat sesekali mampu membuat hatiku menjadi jauh lebih hangat, aku tak perlu lagi takut pada apapun, aku tak perlu lagi merasa sakit setiap kali jantungku berdetak hebat.
Ada laki-laki yang paling kukasihi, tapi aku tak takut kehilangan dia. Aku berusaha mati-matian untuk tetap mengingat wajahnya, senyumnya dan apapun yang menjadi identitasnya. Aku telah berpasrah pada ingatanku yang tak akan lama, yang tak bisa mengenal banyak wajah. Aku tak takut lupa pada wajahnya yang tak kutemui hampir sebulan ini.

Aku terus berusaha menghubunginya setiap hari hanya supaya aku tidak lupa dengannya. Aku berusaha untuk mengingat wajahnya sebelum aku terlelap tidur, hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. Aku tak takut lagi lupa dengan segala sesuatu tentangnya yang mungkin nanti hanya akan menjadi daftar nama orang yang berkata mengenalku tapi tak pernah aku akui. Bukan hal penting lagi jika aku lupa pada wajah dan hanya mengingat nama, ketika kita hilang komunikasi maka kamu hanya akan otomatis hilang dari ingatan dan tak akan muncul kembali.

Selasa, 08 Desember 2015

Kaca

Rasanya hancur, seperti dihempaskan dan aku berantakan. Tapi, hidup terus berjalankan? Aku harus kumpulkan lagi bagian tubuhku yang hancur berantakan seperti kaca, aku dengar lagi suara ketika aku terhempas "PRAANGGG" dan hancur. Suaranya menyayat seluruh tubuhku, menjadi serpihan-serpihan kecil dan aku kembali terluka ketika aku mengumpulkan bagian tubuhku yang berantakan. Aku menangis sekali lagi. Tapi aku janji besok-besok tidak ada lagi yang mampu menghancurkan aku, aku sudah pernah dihancurkan sebelumnya. Besok-besok tidak ada lagi yang tangisan dengan alasan yang sama.

Inilah aku yang terlahir dengan perasaan kaca dan hati yang mudah retak. Mudah menangis dan tersakiti, mudah hancur tapi harus berguna lagi. Aku melewati banyak proses hingga membentukku seperti ini, aku yang lemah dan mudah menangis, aku yang mudah terbawa perasaan dan mudah merasa tersakiti. Aku dilahirkan dari ibu yang penuh cinta seperti bulan dan ayah yang kasih seperti matahari. Sedang aku dibesarkan dengan penuh kasih sayang tanpa suara dengan nada tinggi. Rumah kami nyaris hening sepanjang hari. Satu suara meninggi satu not saja aku mudah kaget, tersentak dan menangis hening. Aku dibesarkan dengan cara itu, hingga aku menjadi seperti ini.

Kalau kamu tanya kenapa aku begitu sensitif dan mudah terbawa perasaan, kamu bisa membacanya di paragraf  kedua. Aku sudah tidak bisa menunggumu lagi, semuanya menjadi jelas hari ini. Kamu tak mengharapkan aku, kamu lebih suka sendiri dengan duniamu. Mungkin aku masih bisa menunggu sebentar, sambil terus mencari tempat aku kembali singgah. Tapi tidak lama, hidupku cuma sebentar dan waktu terus berjalan. Aku harus terima kenyataan bahwa aku harus membuka hati untuk orang yang baru. Bukan lagi menunggumu, bukan lagi berlari mengejarmu kemanapun kamu berlari. 

Kita punya jalan masing-masing dan aku harus ikuti jalan hidupku, sampai aku temukan tujuanku nanti. 
Merci Beaucoup Monsieur, untuk pengalaman tak terlupakan selama aku bersamamu. Sampai jumpa lain waktu jika Tuhan menginginkannya. Je t'aime.

Alasan Jatuh Cinta

Alasan aku jatuh cinta padamu adalah, mungkin karena waktu.
Waktu yang semakin mendekatkan kita, dari awal bertukar cerita hingga bermain hanya berdua di kampus. Tiba-tiba kamu menjadi sangat penting, notifikasi atau apapun yang berhubungan denganmu menjadi sangat berarti. Cukup sebentar saja untuk aku jatuh hati dari sekedar cerita tentang orang yang aku sukai hingga pergi ke kampus hanya berdua untuk mengerjakan skripsi. Kamu lebih dari sekedar penting waktu itu, lebih dari berharga. Di dekatmu aku sangat bahagia, di dekatmu aku merasa dunia ini begitu sempurna.
Mungkin kamu tak pernah tau atau pura-pura tidak tahu bahkan tidak peduli ada aku yang selalu menatapmu dengan penuh cinta. Aku tak peduli akan hal itu, yang aku pedulikan kamu terus ada di dekatku saat ini entah kamu peduli ataupun tidak dengan aku. Aku hanya ingin kamu terus ada di dekatku, cukup untuk sekedar mengobrol sambil terus menyelami matamu, masuk ke dalam pikiranmu yang entah memikirkan apa dan hatimu yang entah untuk siapa. Aku hanya bahagia ketika menebak-nebak isi hatimu, menjelajahi pikiranmu, dan terus membaca matamu. Sudah cukup sebagai kenangan yang aku potret dalam ingatan, yang mampu membuatku senyum sendiri.

Alasan aku jatuh cinta padamu mungkin hanya sekedar karena waktu, semoga saja waktu tak memudarkannya. Semoga waktu semakin mendekatkan kita, dan semoga waktu juga tak akan memisahkan kita. Aamiin..

Senin, 09 November 2015

Ikut Aku

Kamu mau gak ikut aku kerja, di Negara 4 musim yang katanya indah. Tempat salju turun dan melukis segalanya menjadi putih seperti kanvas, tempat daun-daun gugur dan menjadi selimut untuk binatang yang hebernasi. Siang menjadi lebih lama disana ketika musim dingin tiba, kita bisa tinggal di rumah dengan penghangat atau menikmati matahari malam dan cahaya aurora yang senantiasa menari di atas kepala kita.
Kamu mau gak ikut aku kerja, di Negara 4 musim yang katanya romantis. Kita bisa tinggal di rumah yang sama, lengkap dengan dapur dan penghangat. Aku akan membuatkanmu sup panas setiap harinya dengan jahe dan buah pala agar badan kita akan lebih hangat saat cuaca diluar dingin menusuk kulit hingga perih. Kamu tak perlu takut kedinginan atau kelaparan, karena aku yang akan tanggung semuanya, rumah, makanan dan pakaian atau apapun itu. Kamu hanya perlu tau bahwa selalu tersedia makanan hangat dan teh panas di dekatmu.
Kamu mau gak ikut aku kerja, di Negara 4 musim yang katanya bisa membuatmu bahagia dan tak kenal waktu, karena aku gak mau jauh dari kamu. Cuma itu.

Sabtu, 07 November 2015

Harapan.

Aku tak pernah percaya pada kisah cinta yang pemerannya berpisah jauh selama bertahun-tahun tanpa komunikasi, namun tetap saling mencintai. Kini, aku ingin sekali percaya pada kisah cinta itu. Aku sungguh berharap bahwa sejauh apapun kita nanti, entah hati kita saling berubah menjadi apa. Aku berharap kita akan tetap dekat seperti ini, setidaknya kita tetap berteman.
Kita akan berpisah, ratusan ribu kilometer jauhnya. Melewati berbagai zona waktu yang ada dihampir setengah planet bumi. Tahun depan keadaan kita tak akan sama, mngkin kita akan hilang kontak dan tak akan berhubungan selama kurang lebih 3 tahun. Entah ketika saling bertemu, kita masih saling mengenal atau tidak.
Aku menginginkan kisah seperti yang ada di dalam film, aku ingin kembali bertemu denganmu. Menjejaki jalan kita kembali, bersamamu seperti waktu kita kuliah dulu. Aku ingin bertemu lagi denganmu pada akhirnya, tanpa rasa canggung atau apapun yang mengganggu. Entah pada saat itu kamu telah menjadi apa dan aku pun telah menjadi apa.

Aku pernah berdoa pada Tuhan, apabila kamu memang jodohku maka aku memohon agar didekatkan sedekat-dekatnya. Namun, jika bukan tolong jauhkan aku darimu sejauh-jauhnya. Tapi, biarkan kami bersahabat sampai tua. Aku rasa Tuhan telah mendengar doaku dan mengabulkannya, saat ini aku sudah mulai melihat jawaban doaku. Tuhan akan memisahkan kita dengan jarak hampir setengah bumi. Setidaknya aku kembali berdoa semoga Tuhan mengabulkan doaku setelahnya, membiarkan aku dan kamu bersahabat sampai tua.

Selasa, 03 November 2015

Menyerah.

Maaf telah membuatmu tidak nyaman bersamaku, maaf telah membuatmu risih. Mungkin hanya perasaanku saja, mungkin juga semua yang aku rasakan benar. Kamu mulai menghindar, kamu mulai enggan bertemu hanya berdua, kamu mulai banyak mencari alasan. Bahkan kamu mulai enggan menatapku, jujur saja itu sangat menyakitkan. Kita memang tidak ada hubungan apa-apa, tapi banyak waktu yang kita lewati berdua, dulu.
Aku terus menerus mencari alasan untuk menghubungimu, tapi kamu terus-terusan menghindar mencari alasan. Bahkan membatalkan acara nonton kita hanya karena salah satu teman kita tidak bisa. Iya mungkin yang kamu bicarakan benar memang nanti kita akan bingung, nanti tidak akan seru, memang filmnya jelek. Tapi yang aku dengar bukan itu, melainkan alasan bagaimana menghindari situasi saat kita hanya berdua.
Aku bukan iseng mengirimimu makanan, tapi memang sengaja. Mungkin kamu tidak suka cemilan itu, tapi aku memberikannya sepenuh hati. Mungkin caranya salah. Mungkin juga terkesan iseng seperti anak-anak yang baru mulai puber, itu yang kamu tangkap. Aku akui itu kekank-kanakan, umur kita sudah menginjak usia dewasa sekarang. Aku salah.
Maaf telah membuatmu merasa risih, telah membuatmu tidak nyaman dengan keberadaanku. aku hanya berusaha untuk selalu dekat denganmu, aku memang berharap berlebihan kepadamu. Aku berusaha untuk lebih dari ini, bodoh memang berharap pada orang yang jelas-jelas tak punya rasa apapun.
Aku menyerah berusaha mulai hari ini, aku akan bersikap wajar seperti tak pernah ada apa-apa diantara kita. Aku hanya tak mau membuat diriku tersiksa lebih lama dan membuatmu semakin tak nyaman berada di dekatku. Aku akan mulai menghubungimu sewajarnya, aku berusaha tak mengganggu kenyamananmu. Aku yakin aku akan baik-baik saja karena kebahagian aku sendiri yang tentukan. Aku mulai berubah sekarang, berusaha menjadi lebih baik seperti pertemanan kita dulu.

Sekali lagi maaf, tapi aku benar-benar lelah berusaha untukmu. Aku menyerah.

Jumat, 30 Oktober 2015

Cinta Sepihak?

Cinta Sepihak? Entah apa yang dipikirkan  oleh orang-orang yang mengalami cinta seperti ini. Mungkin yang ada dipikiran mereka sama dengan yang ada dipikiranku. Aku sering seringkali mengalami cinta yang seperti ini, cinta sepihak, jatuh cinta sendirian atau lebih banyak lagi jatuh cinta diam-diam.
Tak ada pikiran apapun tentang hal itu, cinta satu pihak memang melelahkan. Berjuang sendirian itu memang menyedihkan, tapi ada banyak hal yang tak pernah orang lain tau tentang cinta satu pihak. Cinta satu pihak tak pernah menghitung soal perjuangan, tak pernah ada yang tau bagaimana bahagianya seorang cinta di satu pihak hanya karena hal-hal sepele tak berarti dari orang yang dicintainya. Tak pernah ada yang tau juga sakitnya cinta di satu pihak hanya karena hal-hal sepele pula.
Cinta sepihak mungkin hanya dilakukan orang-orang bodoh. Iya, aku termasuk dalam golongan orang bodoh itu yang bertahan dengan cinta satu pihak. Mungkin beberapa orang tak mengerti mengapa banyak orang bertahan dengan cinta satu pihak. Tapi, cinta tak semudah itu. Bagi beberapa orang bertahan dengan cinta satu pihak lebih mudah dari melupakan dan mencari cinta yang baru. Bagi sebagian orang jatuh cinta tak pernah mudah, bukan sekedar bertemu dan lalu jatuh cinta bukan hanya pada pertemuan singkat kemudian membuat berdebar. Bagi sebagian orang yang bertahan dengan cinta satu pihak, jatuh cinta membutuhkan waktu yang lama, harus ada banyak waktu yang dilalui berdua, harus ada rasa nyaman, bukan hanya sekedar hati yang berdebar. Maka cinta satu pihak lebih baik daripada harus mengubah segalanya, bukan enggan berjuang tapi takut jika cinta hanya menciptakan jarak, takut jika cinta hanya membuat pujaan hati tak nyaman.
Tapi kemudian ada pertanyaan, bagaimana jika dia juga mencintai kamu secara sepihak tanpa pernah kamu tau. Bagaimana jika ternyata seperti itu, yang seharusnya cinta berbalas menjadi cinta sepihak?

Entah, aku tak tau harus menjawab apa. Tak ada yang perlu disesali karena keputusan diri sendiri yang enggan berjuang, enggan mengambil resiko dan takut akan jarak nanti. Beberapa orang memang ditakdirkan untuk jatuh cinta dan saling memiliki, sebagian lagi ditakdirkan untuk jatuh cinta secara sepihak, bertemu dan nyaman karena banyak menghabiskan waktu bersama namun selamanya tetap menjadi teman.

Minggu, 11 Oktober 2015

Kamu dan Deas

Kamu yang tumbuh dalam ingatanku, dua minggu sejak terakhir kita bertemu. Aku mulai meraba-raba ingatanku kembali. Aku kangen dengan perjumpaan kita yang hampir setiap hari. Obrolan-obrolan panjang yang rasanya tak pernah ada habisnya. Waktu terasa berjalan begitu cepat hanya karena aku ada di dekatmu.
Terkadang aku harus berjalan mundur dalam ingatan, hanya karena ingin mengenang senyummu yang senantiasa mengembangkan hatiku. Senyum yang biasanya aku lihat hampir setiap hari penyemangatku pergi ke kampus, kini hanya bisa aku pandangi dari sebuah foto.
Kita punya jalan berbeda sekarang, aku sibuk dengan pekerjaanku dan kebahagiaan Deas, adik kecilku. Kamu pun juga mempunyai kesibukanmu sendiri. Aku terkadang terlarut dalam pekerjaanku tapi terkadang kamu melintas begitu saja dalam pikiranku, atau ketika aku ingin tidur tiba-tiba saja tersebit pertanyaan apa kabar kamu hari ini? Apa saja yang telah kamu lewati. Walaupun rasanya, aku lelah namun begitu kamu muncul dalam pikiranku aku jadi tidak bisa tidur.
Selain kamu, Laki-laki terpenting dalam hidupku adalah Deas. Dialah semangatku, untuk terus bekerja dan membelikan apapun yang dia mau. Asalkan Deas tertawa, rasanya rasa lelahku hilang begitu saja dan semua rasa penatku tak ada artinya. Melihat Deas tersenyum seperti melihatmu yang terus membuatku jatuh cinta setiap hari. Senyummu dan Deas, memberiku semangat dan percaya bahwa perjalanan hidup kita akan bahagia selama-lamanya.

AKU SANGAT SAYANG KALIAN. J J J

Rabu, 07 Oktober 2015

Waktu.



            Ya Tuhan, memang waktu telalu cepat berjalan. Kita Cuma mampu mengikuti kemana arah dia pergi, cepat atau lambat, senang atau tidak kita terus berjalan mengikuti waktu. Sebenarnya tidak ada definisi yang tepat untuk waktu, satuan waktu memang jelas sudah ada dalam satuan fisika yang sebagian bilang bahwa satuan itu hanya imaginer untuk memudahkan manusia menentukan waktu, detaknya juga terartur dan telah dihitung sedemikian rupa. Hanya saja perasaan setiap orang berbeda dalam melawati waktu, ada yang merasa waktu terlalu cepat berlalu ketika sedang berbahagia, sebagian merasa waktu terlalu lama ketika sedang dalam kebosanan, kesepian. Waktu bergantung pada moment yang dihadapi oleh setiap orang.
            Seperti kemarin ketika kami semua sedang berkumpul, seorang tetanggaku menegurku lembut.
            “Ya ampun Ika, sekarang udah besar ya. Perasaan baru kemarin ngangkutin abu gosok di warung ibu sampe ludes. Hahahaha.”
            “Itu bukan aku, Bu. Itu kelakuaannya si Ani.”
            “Oiya, itu Ani ya. Oh, kalo Ika mah yang mandi sama bebek ya sampe korengan semua.”
            Salah satu dari mereka nyeletuk, “Kalo orang mah mandi pake bebek-bebekan. Kalo Ika mah pake bebek beneran. Besok-besok mandinya pake kambing. Hahahaha.” Semua tertawa sementara aku hanya bisa tersenyum simpul.
            “Gak berasa ya sekarang udah gede, udah kerja. Perasaan kemaren masih suka lari-larian sama Adam, Aris, Marni sama si Nonon. Eh, bentar lagi mau nikah. Kapan Ka mau nikah? Marni udah nikah. Ika mau kapan? Udah punya calon. Ika gak pernah keliatan punya pacar. Hahahaha.”
            Isshhh kepo. “Kapan ajalah, kalo jodohnya udah siap ngelamar aku. Hahahaha.” Jawabku pendek karena tak tahu harus berkata apalagi. Aku segera meninggalkan mereka yang masih sibuk bercakap-cakap, menikmati malam sendirian.
Sejak kecil aku berada di sana, banyak moment yang terekam di tempat itu. Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana aku dan teman-temanku berlari, bersembunyi dan memetik jambu, buah cermai atau melempari mangga milik tetangga. Aku masih mengingat bagaimana rasanya dipeluk, dibelai lembut oleh ibuku setiap ingin tidur. Aku masih ingat bagaimana ibu bercerita tentang Batu Belah Batu Bertangkup dan Nenek Geregap sebagai dongeng penghantar tidurku. Aku masih mengingat bagaimana rasanya dijunjung tinggi oleh ayahku di atas bahunya. Aku merasa sangat tinggi, tinggi sekali dan bahagia.
Aku kangen masa kecilku, saat ibu menyisir rambutku sehabis mandi dan memakaikannya jepitan. Aku kangen ketika aku disuapi ibu makan dan ibu bilang makan yang banyak supaya cepat besar dan pintar. Aku kangen dengan mainan buatan ayahku.
Ya, aku memang cepat besar dan kalianpun begitu. Kalian bertambah tua dan mulai memiliki keriput di wajah. Karena kita terus berjalan mengikuti kehendak waktu. Cepat atau lambat yang kita rasa tentang waktu, waktu telah memiliki aturannya sendiri ia berdetak dengan pasti pada detik jam. Hanya saja moment yang kita lalui yang membuatnya terasa cepat atau lambat. Itu masalah hati yang tak pernah ada landasan tolak ukurnya.
Jadi apakah waktu itu? Apa sebenarnya waktu itu ada?
Jadi bagaimana jika waktu hanya ilusi dan kita dipercayakan oleh rumus fisika selama ini.
Tapi mengapa aku cepat menjadi dewasa dan lekas mati?
Tapi mengapa, waktu itu abadi dengan segala kenangan yang ia simpan.

Senin, 05 Oktober 2015

Ibu



Bu, maaf jika aku belum bisa membahagiakanmu. Aku sedang berusaha sekarang, untuk kebahagiaan kita, untuk ibu, adik-adik dan bapak. Jangan marahi aku kalau pulang terlalu malam, karena kadang aku kesulitan menemukan jalan pulang, karena terkadang aku juga meraba-raba ingatan arah rumah kita.
Aku tahu ibu khawatir denganku, bagaimana keselamatanku. Tenang Bu, aku bisa menjaga diri, aku juga bisa bela diri. Hanya saja mungkin ibu khawatir karena otakku yang bermasalah, ibu pasti khawatir kalau aku tersesat di jalan. Terkadang aku memang suka terjatuh, tapi jangan khawatir aku bisa langsung bisa bangkit kembali. Aku juga punya teman untuk aku gandeng atau tempat untuk berpegangan kalau aku tiba-tiba seperti hilang keseimbangan. Percaya padaku, aku baik-baik saja.
Ibu, aku sudah besar. Aku punya kekuatan sendiri untuk melawan, walau terkadang aku memang butuh bantuan. Aku memang yang paling lemah diantara keluarga kita. Tapi percayalah aku bisa mengatasi kesulitanku sendiri. Ibu jangan terlalu khawatir padaku, itu membuatku juga semakin khawatir pada ibu. Tolonglah, pikirkan kesehatan ibu juga.
Ibu, maaf selalu membuatmu khawatir. Harusnya aku yang khawatirkanmu, harusnya aku yang menjagamu. Ibu, aku akan berusaha terus ada disisimu, merawat hewan-hewan ternak kita yang beranak pinak. Aku akan menjaga ibu, kita akan saling menjaga seperti aku kecil dulu. Kali ini gantian aku yang menyisir rambut ibu, aku yang akan menyuapi ibu makan. Bu, aku akan ganti semua waktu yang pernah kita sia-siakan, waktu yang harusnya aku lewati bersamamu.
Tapi, bukan sekarang Bu. Beri aku waktu sedikit lagi untuk menyiapkan kebahagian kita. Tapi, Aku akan atur waktu agar sesering mungkin berada di dekat ibu, di dekat adik-adik dan bapak.
Ibu, maaf. Mungkin kebahagian kita tidak datang sekarang, tapi aku akan berusaha mendatangkannya. Secepatnya Bu. Aku tau ibu tak putus menyebutku dalam doa. Semoga Tuhan mengabulkan harapan dan doa kita ya Bu. Aamiin….

Rabu, 30 September 2015

Kangen



Aku kangen masa-masa di kampus, aku kangen suasana kampus. Orang-orang yang aku temui di kampus. Aku kangen menghabiskan waktu sampai malam di kampus. Kangen jalan pulangku, kangen semangatku yang menggebu untuk sampai ke kampus, sekedar melihat orang yang aku sukai.
Aku kangen 2 semester akhir masa kuliahku, ketika semuanya terasa lebih berwarna. Aku kangen menghabiskan waktu di perpustkaan universitas atau jurusan. Aku kangen dikejar revisi, aku kangen obrolanku seputar skripsi.
Aku kangen ketika kami tertawa menjelang masa kuliah berakhir, kangen nonton di kelas, kangen bercanda di depan BAAK atau jajanan BNI. Kangen menghabiskan waktu bersama teman-teman, kangen mengejar dosen pembimbing ke Sentul.
Aku kangen sama kamu yang terus menghabiskan waktu berdua, aku kangen pergi ke perpustakaan bersamamu, aku kangen janjian ke kampus denganmu, aku kangen jalan pulang bersamamu, ketika kamu mengantarkanku sampe ke gerbang halte Transjakarta, meminjamkanku kartu, aku sangat kangen hal itu. Aku kangen meminjamkanmu buku perpustakaan memakai kartuku, aku kangen obrolan kita yang sedikit demi sedikit mulai memudar. Aku kangen menonton film di laptopmu, kangen menemanimu mendownload film, aku kangen ketika kita sama-sama sunyi, sama-sama diam tak bicara, aku kangen memperhatikan wajahmu yang sedang serius.
Aku kangen dengan suaramu, aku kangen dengan apapun yang kamu kenakankan, aku kangen kacamatamu yang rusak, aku juga kangen dengan tasmu yang susah ditutup. Aku kangen dengan perkataanmu yang seolah-olah mudah menyerah, aku kangen candamu, aku kangen memberimu bagian makanan yang tidak aku suka.
Aku sungguh kangen itu. Aku sungguh kangen kamu.
Kita sudah ada di jalan kita masing-masing sekarang, semoga waktu akan terus mempertemukan kita kembali. Semoga jalan yang kita tempuh selalu berputar, jalan yang akan mempertemukan kita kembali, sejauh apapun kita nanti. Aamiin…

Selasa, 29 September 2015

Teror



            Baru kali ini aku merasa disukai oleh seseorang sampai sebegininya, sampai-sampai aku merasa diteror oleh orang tersebut. Aku ketakutan setengah mati dibuatnya, aku selalu merasa tidak tenang. Setiap hari aku selalu merasa tertekan, sebenarnya di awal perkenalan kami aku nyaman saja berbincang dengannya. Sampai suatu ketika dia mulai berubah menjadi mengerikan, dia terus berusaha mengetahui semua tentangku, semua teman-temanku, keluargaku, apa yang aku lakukan setiap saat. Awalnya aku merasa itu hanya untuk basa-basi, untuk mencairkan suasana agar lebih akrab, untuk mengetahui sedikit tentangku sebagai bahan obrolan kami. Tapi sekarang semuanya semakin keterlaluan. Dia terus berusaha menghubungiku, mengirimkan apapun untukku, menanyakan bagaimana keadaanku sampai berkali-kali dalam sehari.
            Dia bilang dia menyukaiku, awalnya aku menghargai itu tapi justru bukan membuatku senang malah membuatku ketakutkan setengah mati. Mungkin untuk dia atau orang lain itu wajar sebagai bentuk perhatian, tapi jujur itu sangat membuatku tidak nyaman. Aku tidak menyukai itu.
            Dia terus terusan menanyakan fotoku berdua dengan seorang laki-laki yang aku jadikan wallpaper handphone dan desktop komputer dengan maksud agar dia berhenti menggangguku. Bukannya menjauh dia malah terus-terusan menanyakan perihal laki-laki itu. Itu keterlaluan, dia berusaha menerobos privasiku.
            Dia selalu berkata, akan berusaha menyingkirkan laki-laki itu. Aku berusaha melindunginya, melindungi laki-laki yang aku sayangi tersebut. Tapi karena kecerobohanku sendiri, dia mendapatkan informasi berharga tentang laki-laki tersebut, aku lupa menghapus berkas-berkasku dan menguncinya dengan password. Ini membuatku stress, bingung, limbung, ketakutan dan panik. Aku dibuat gemetaran, aku takut terjadi apa-apa dengan laki-laki itu. Kalau dia sampai melakukan sesuatu terhadap laki-laki itu, aku tak akan memaafkannya.
            Semoga laki-laki berhargaku tidak mendapat kesulitan apapun. Semoga Tuhan selalu melindungi setiap langkah dan tarikan napasnya. Aamiin….