Kamis, 04 September 2014

Ultimatum

Bagaimana jika aku diciptakan bukan sebagai seorang pemaaf? Tak ada toleransi bahkan untuk sebuah kesalahan kecil. Kemarin malam seorang bertemu denganku, ia telah salah. Kemudian ia menambah kesalahannya. Ia menusukkan pisau di punggungku, sampai menembus tulang rusuk. Lalu, ia menyayatnya sampai ke bawah ketiak. Rasanya perih dan sakit, aku juga tak suka dengan darah yang merembesi pakaianku. Tapi, itu semua tak sesakit luka yang tak mengeluarkan darah. Seorang yang percayai berusaha membunuhku dengan segala cara. Rasa percaya itulah yang sebenarnya melukaiku. Aku melakukan kesalahan, aku mempercayai orang yang salah. Maka itulah hukuman yang aku tanggung untuk kesalahanku.


Tak ada maaf, tak ada ampun. Sekali waktu aku memaafkan kesalahnnya, sekali waktu aku memberinya kesempatan untuk berlari menjauh dariku jika memang merasa takut. Kali ini aku akan pastikan bahwa bagaimanapun caranya orang itu akan hancur perlahan di tanganku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar