Aku
melihatmu tadi, dalam jarak yang cukup dekat. Tapi rasanya tak sama lagi
seperti dulu. Apa rasa deg-deganku sudah basi sekarang? Atau, karena jantungku
sudah terlatih menahan ledakan setiap kali aku bertemu denganmu? Atau mungkin
juga karena aku sadar tak akan mungkin menggetarkan hatimu, karena aku tak
pernah tampak di matamu? Tak pernah ada aku. Tak pernah ada kita.
Kalau
aku tak ada dimanapun di tubuhmu, aku tak apa. Aku hanya butuh kau tampak di
mataku. Memandang ke dalam matamu, dan mencoba menebak apa yang kau pikirkan. Itu
sudah lebih dari cukup.
Aku
sedang melindungi hatimu, aku tak ingin mengusiknya. Aku ingin ia tetap tenang
sama seperti dulu sebelum aku jatuh cinta padamu. Aku ingin hatimu tetap pada
kondisinya dulu, aku ingin hatimu tetap menjaga cintanya pada perempuan itu.
Aku ingin begitu.
Tahukah
kau, bahwa aku menulis ini sambil menahan air mata? Kau mungkin berpikir aku
terlalu munafik, aku terlalu bodoh. Itu terserah kau, menilaiku seperti apa.
Itu urusanmu. Tapi, beginilah caraku mencintaimu. Aku tetap akan diam sampai
kapanpun, menahan sesak setiap saat. Beginilah caraku, terlalu menyesakkan
memang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar