Aku ingin menuliskan namamu dimanapun
aku berada, pada apapun yang aku temukan. Aku ingin membawa namamu kemanapun
aku pergi, tak peduli kau ada dimana. Namamu tak pernah henti aku sebut, setiap
saat, setiap hari, dalam keadaan apapun. Aku menembangkannya menjadi sebuah nyanyian
yang aku senandungkan pada apapun yang aku temui. Menyanyikan namamu,
menuturkankannya pada setiap halaman buku harianku. Namamu sudah akrab dengan
pulpen dan buku milikku. Mereka cuma bisa tersenyum maklum, karena mereka sendiri
sudah saling jatuh cinta sejak lama. Aku dan namamu, cuma serpihan kisah cinta
dari seluruh manusia di dunia yang mereka tahu.
Sejak beberapa bulan yang lalu hingga
hari ini, namamu menghiasi seluruh buku harianku, mengisi tiga perempat
pikiranku. Entah esok, entah lusa, dan entah beberapa bulan kemudian. Tapi yang
aku tahu hari ini, namamu selalu melintas lalu menelusup perlahan kedalam
pikiranku, sebentar kemudian hatiku berdesir karenanya. Namamu sungguh ajaib
saat ini. Ia berkilau di setiap jalan, rumah-rumah, gemerlap seperti lampu
diskotik. Namamu mampu melagukan apapun yang bisu, mewarnai apapun yang tak
berwarna. Aku pada namamu, seperti cerita dongeng yang tak pernah selesai ditulis,
diceritakan dari mulut ke mulut, tersendat di tengah cerita bingung untuk melanjutkan.
Hingga semua orang hanya bisa menebak-nebak akhir cerita, coba saja kita hitung
nanti berapa banyak orang yang mengisahkan bahwa kita berakhir bahagia, atau
berapa orang yang pada akhirnya memilih akhiran tragis untuk dongeng kita.
Aku dan namamu, memang belum selesai.
Entah kapan, aku akan memilih berhenti melagukan namamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar