Kamis, 25 Desember 2014

Pengagum Rahasia?! Hmm..

Seharusnya dunia ini begitu indah.
Seharusnya hidupku ini penuh bermakna.
Takkan gundah jiwaku bila kau bersamaku.
Takkan perih batinku ini, bila kaupun milikku.
Seharusnya dunia ini.
Milik kita berdua.
Aku teringat akan lirik lagu itu, ketika tanpa sengaja aku menyenandungkannya sambil terus mengetik lembar demi lembar sepersi. Dulu lirik lagu itu pernah dituliskan seseorang untukku, aku menemukannya di lembar buku catatanku. Entah siapa yang menyelipkannya di sana. Aku tak pernah tahu sampai hari ini.
Harus aku sebut apa orang yang menyelipkan lirik lagu itun di sana. Apa harus aku sebut sebagai pengagum rahasiaku? Hehehe. Kepedean ya?! 6 tahun berlalu, setelah aku menemukan lembaran lirik lagu itu. Aku masih belum mengetahui siapa dia. Mungkin ia telah lupa denganku. Kadang aku suka berandai, seandainya aku tahu siapa pengagum rahasiaku itu. Aku harus bertindak apa? Aku harus berekspresi bagaimana? Tiba-tiba aku menggila.
Tapi saat aku kelas 9 SMP, aku pernah mendapat kiriman coklat dari seseorang. Sayangnya beberapa bulan sebelum kami lulus. Aku mengetahui siapa orang yang mengirimiku coklat di hari valentine. Katanya ia mengagumiku sejak kami kelas 7 dulu. Ia sering diam-diam menatapiku saat di kantin. Diam-diam mencuri pandang saat kami baris sejajar saat upacara. Dia hapal semua rutinitasku, ia tahu bahwa aku dulu pernah memenangkan lomba melukis. Dia tahu bahwa aku sangat suka menyanyi namun selalu gugup jika bernyanyi di depan orang lain. Dia sering mengunjungi kelasku dengan alasan ingin mengajak temannya makan bersama. Tanpa sedikitpun aku tahu dan merasa bahwa dia diam-diam memperhatikanku.
Barulah saat kelas 9 kami dipertemukan dalam kelas yang sama. Ia buru-buru menempati kursi di depanku. Agar bisa mengajakku bicara. Namun sayangnya, wali kelas kami menyuruhnya pindah ke barisan lain. Karena kami sering buat ulah di kelas. Sering mengobrol saat jam belajar sedang berlangsung.
Aku tidak menyangka bahwa ia mengagumiku semenjak kami kelas 7, padahal aku tak pernah sedikitpun tahu siapa dia. Dan aku sangat menyukai caranya mengagumiku.
Lalu pada saat aku SMA, aku mendapatkan coklat (tapi aku tak bisa menyebutnya sebagai pengagum rahasia, karena jelas-jelas ia menggombaliku di depan banyak orang sampai aku ingin muntah jika ia meneruskannya di telpon.) dan sebuah puisi. Dia mahasiswa IKJ yang sampai hari ini sepertinya belum lulus. Tapi aku masukkan ke daftar pengagum rahasiaku (yailah. Bodo amat ah. Dibilang kepedean) karena awalnya ia malu-malu. Diam-diam memperhatikanku. Sampai akhirnya tanpa malu-malu lagi, ia mendekatiku dengan sejuta rayuan maut dan puji-pujian. Bukannya membuat hatiku luluh, aku malah keburu ilfeel terhadapnya. (Maaf Kakak)
Ada pula yang setiap malam menelponku dengan nomor yang sama, atau paling tidak nomor itu mengirimkan sms yang berbunyi. “Aku sangat menyayangimu. Namun aku tahu ini sangat tidak mungkin.” Selalu sama isi sms yang dikirimkan nomor itu. Pernah aku balas smsnya, namun tidak dibalas. Aku pernah menelpon nomor itu, namun tidak diangkat. Karena merasa risih, akupun mengganti nomor handphoneku.
Saat semester satu dulu, aku pernah menemukan sekuntum mawar merah di tasku. Entah dari siapa itu. Aku baru mengetahui bahwa ada bunga mawar di tasku ketika aku sedang mencari uang. Akupun langsung digoda oleh supir angkot yang aku naiki. Katanya, “Ada yang kesengsem tuh sama Neng. Ah, cupu banget tuh orang. Kalo Mamang mah langsung tebak, beres. Mau diterima. Ditolak. Bodo amat. Yang penting mah hati lega. Kagak usah ayam-ayaman gitu.” Aku masih tidak mengerti arti dari ayam-ayaman. Aku Cuma tahu arti dari kucing-kucingan. Mungkin sama kali ya.

Bunga mawar itu aku simpan sampai menghitam, sebelum akhirnya dibuang oleh ibuku. Aku sudah tidak lagi mendapatkan coklat, puisi atau bunga mawar seperti dulu. Mungkin, aku sudah tidak lagi memiliki pengagum rahasia. Dan sekarang, aku menjadi pengagum rahasia untuk orang lain. Setiap orang pasti memiliki pengagum rahasianya masing-masing. Aku sudah memilikinya sewaktu dulu. Namun, terkadang aku sering merasa bahwa diam-diam ada yang memperhatikanku. tapi, enggan mencoba untuk dekat. Ah, mungkin aku terlalu perasa saja. 

Minggu, 30 November 2014

Mata, Cinta, dan Logika



Bagaimana rasanya dikelilingi oleh tatapan mata tajam yang terus mengintimidasimu. Membuatmu merasa serba salah. Kadang kamu merasakan ada yang aneh dari tatapan-tatapan itu. Bukan tatapan tidak suka atau tatapan orang yang jatuh cinta padamu. Tatapan ini berada di tengah-tengah, mereka seperti ingin membunuhmu. Apakah kalian pernah merasakan itu?

Tatapan-tatapan itu selalu lebih lama dari tatapan mata orang pada umumnya, lebih dari 8 detik sebelum mereka menoleh atau berkedip. Aku tak merasakan adanya perasaan benci atau merendahkan dari tatapan-tatapan itu, namun mereka langsung menusuk tepat di mataku. Membuat aku merasa terintimidasi dan kadang serba salah memahami tatapan itu. Apa ada yang aneh denganku, hingga mereka menatapku seperti itu?

Terkadang aku memilih untuk menunduk dan menyerah pada tatapan-tatapan itu. Namun, Aku pernah melihat seseorang yang menatapku lebih dari 8 detik menatap dengan tatapan mata yang kuat dan tajam, namun yang aku rasakan dari tatapan itu adalah perasaan tenang dan damai. Aku seperti tenggelam dalam bola matanya. Setelah itu aku hanya bisa menunduk, bingung. Aku tak pernah lagi mau membalas tatapan matanya. Aku merasakan ada hal lain dari tatapan mata itu, yang tak diketahui siapapun.

Tak pernah ada isyarat ‘aku menyukaimu atau aku membencimu’ dari tatapan mata itu. Ada hal yang terasa mengambang, ada perasaan ragu, malu dan takut dalam tatapan mata itu, tapi selalu ada rasa damai di dalamnya. Itulah tatapan mata yang selalu aku sukai, dari semua mata yang memandangku seperti itu. Matanya bulat besar dan bening. Seperti kristal, mungkin karena mata itu selalu ia basahi setiap hari. Wajahnya tidak putih, namun tak pernah tampak kusam. Wajahnya selalu terlihat bercahaya dan lembab. Aku sangat iri dengan kulitnya yang selalu tampak bersinar dan lembab, mungkin juga ia sangat lembut ketika disentuh.

Mungkin kalian akan berpikir bahwa aku menyukai laki-laki itu, bahwa ia adalah laki-laki yang selalu aku doakan setiap hari. Bukan, bukan sama sekali. Aku tak pernah mendoakannya, aku juga tak pernah mengharapkannya hadir dalam mimpiku. Namun, entahlah ada hal-hal yang tak bisa aku mengerti mengapa aku tak mampu membalas tatapan mata itu. Walaupun, tak pernah sedikitpun hatiku bergetar melihatnya. Aku sangat mengenal diriku sendiri, aku takkan mampu membalas tatapan mata seseorang apabila aku takut, malu, atau merasa bersalah. Tapi, tak ada satupun dari hal itu yang aku rasakan hingga tak mampu membalas tatapan matanya. Entah mengapa, aku selalu memilih menghindar.

Laki-laki yang membuatku jatuh cinta selama ini, hingga membuatku gelisah setiap saat tak mempunyai tatapan mata dan tak pernah menatapku seperti itu. Tatapan matanya selalu keruh dan kulitnya selalu tampak kusam walaupun ia memiliki kulit yang cukup putih untuk seorang laki-laki, mungkin karena ia tak pernah membasahinya seperti laki-laki bermata bening tersebut. Wajahnya selalu tampak layu dan lesu walaupun sedang tersenyum, tatapan matanya selalu lemah dan kadang terlihat kosong walaupun ia sedang tertawa bersama teman-temannya. Kadang aku merasa ia seperti cangkang tanpa penghuni. Namun, entah apa yang membuat aku sangat mencintainya.

Bukan aku membandingkan mereka, aku hanya ingin berpikir secara logika. Seharusnya jika aku bisa berpikir menggunakan logikaku, aku akan jatuh cinta pada laki-laki bermata bening itu. Harusnya hatiku akan bergetar setiap kali ia menatapku, dan seharusnya ia membuat aku malu dan salah tingkah setiap kali mata kami tak sengaja bertemu. Seharusnya seperti itu.

Namun kenyataannya, tatapan mata yang membuatku jatuh cinta selalu membuatku malu dan salah tingkah walaupun ia hanya melihatku sekilas dengan tatapan kosong dan tak acuh. Terkadang aku berpikir untuk berhenti seperti ini, mencintai diam-diam, mengaguminya sepanjangan tanpa ia tahu bahwa aku diam-diam memikirkan apa yang ia sedang lakukan, mengulang setiap adegan saat mata kami tak sengaja bertemu. Tapi aku sangat tahu, bahwa aku takkan bisa berhenti dan lebih dari ini. Aku sangat mengenal diriku, ketika hatiku memilih maka pikiranku akan meminta. Terkadang aku merasa sangat bodoh, karena beberapa kali menyia-nyiakan laki-laki yang datang memintaku. Dan memilih untuk terus mencintainya diam-diam. Tapi, aku menegaskan diriku kembali. Bahwa hatiku tak pernah memilih mereka sehingga pikiranku juga tak akan meminta untuk memikirkan mereka. Hatiku belum memilih berhenti dan pikiranku belum meminta agar aku berhenti memikirkannya.

Begitu rumitnya konstruksi batin manusia, mereka tak akan pernah berkoordinasi jika hati tak pernah memilih. Logika tak mampu menjelaskan betapa rumitnya cinta, yang lebih kompleks dari masalah apapun. Kenyataannya, logika tak banyak berperan dalam hal cinta. Ada hal yang tak pernah bisa dipecahkan oleh logika, misalnya: Mengapa aku harus jatuh cinta pada si A padahal aku sangat tahu bahwa dulu si B sangat mencintaiku, namun aku abaikan. Dan si C jatuh cinta setengah mati pada B dan A jatuh cinta pada si C, namun akhirnya B dan C menjalin hubungan, dan sudah cukup lama. Sedangkan aku dan A, ya Cuma begin-begini saja. Tak pernah ada kemajuan. A bingung harus bagaimana karena aku bukan yang diinginkannya, yang ia inginkan Cuma si C. Aku dan B tetap berteman, hingga sekarang. Lalu, datang si D dan E yang datang padaku, dan berkata bahwa mereka menyukaiku. Namun, aku abaikan mereka. Lalu datang F yang sering terlihat diam-diam sedang memandangiku. Dan A yang terus modus kesana kemari, mencari sandaran hati kadang membuat aku cemburu setengah mati. Padahal tak ada apa-apa di antara kami. Lalu, teman baikku. Si G yang selalu memberikanku tatapan teduh penuh makna dan diam-diam memperhatikan segala yang terjadi padaku, namun ini hanya sekedar pertemanan. Aku dan G sering menghabiskan waktu bersama, sampai-sampai si D, E dan F, menyangka bahwa kami berpacaran. G menyukai gadis bernama H, dan H berpacaran dengan I. Ada orang lain yang menyukai H bernama J, G dan J akhirnya bersaing merebut perhatian H. Padahal J sudah mempunyai pacar. Teman-teman G tidak menyukai G bersaing dengan J untuk mendapatkan hati H, apalagi sampai saling menjelekan. Karena teman-teman G menyukai J. Jadi karena merasa kami mengalami kasus cinta yang rumit, maka kami menjadi tempat untuk saling berbagi curhat. Lalu datang K yang membuat aku tak berani membalas tatapan matanya –seperti yang aku ceritakan diatas, bahwa ia memiliki mata yang bening- ketika mata kami tak sengaja saling bertemu. Dan K adalah orang yang cukup terkenal dan –bisa dibilang- memiliki banyak penggemar. 

Entah berapa banyak nama lagi yang nanti akan terlibat dalam kasus ini. Ini hanya salah satu contoh kompleksnya urusan cinta. Logika tak berperan dalam kasus ini, kami sama-sama saling tak mengerti mengapa semua ini terjadi. Karena dari masing-masing kami, hati kamilah yang memilih dan pikiran kami meminta. Yang bisa kami lakukan hanya, tertawa sendiri dan menangis sendiri untuk hal yang kami tak mengerti sama sekali, dan terus berkata mengapa harus seperti ini. Sensasi yang sama seperti saat kami sekolah dulu. Berdiri seperti orang bodoh dan bingung memecahkan hitungan logaritma di depan kelas. Dan seperti lagu Agnes Monica bahwa cinta ini, kadang-kadang tak ada logika.

Minggu, 26 Oktober 2014

Mengapa?

Akhir-akhir ini aku mulai memberanikan diri menatap matanya, mencari-cari sesuatu yang entah apa dalam bola mata itu. Selalu saja, ada satu kalimat yang ingin keluar dari mulutku namun terlalu kelu dan akhirnya hanya bisa berdiri di ujung lidah dan kembali tertelan oleh rasa gugup yang teramat sangat.

Entah mengapa juga aku selalu menahan napas setiap kali aku menatap matanya, seolah takut bahwa ia dapat mencium aroma gugup dari tubuhku ketika aku bernapas, atau mungkin juga ia selalu membuat aku lupa bagaimana caranya bernapas setiap kali berhadapan dengannya. Entahlah, tapi yang selalu mengganggu pikiranku adalah mengapa aku terlalu kuat untuk menyimpan perasaanku sendiri. Mengapa kisah cintaku selalu memalukan begini.

Aku tak tahu, mengapa aku begini dan siapa yang mengajari aku untuk terlalu mencintai diriku sendiri. Bahkan ketika aku mencintai orang lain aku tak mempedulikannya, dan Cuma berkata “Biarlah nanti juga aku lupa sendiri, gak perlu repot-repot untuk memberitahu dia kalau aku mencintainya.” Selalu saja begitu, cinta sendiri sudah menjadi hal biasa untukku. Ketika semua orang berkata bahwa cinta yang bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan, tapi menurutku lebih menyakitkan adalah jatuh cinta sendirian. Tapi aku terlalu nyaman dengan hal itu, aku sangat suka jatuh cinta sendirian. Menyenangkan sekaligus menyakitkan.

Kadang aku bertanya-tanya, mengapa aku sangat suka dengan hal-hal yang menyakitkan. Mengapa ketika semua orang memilih untuk menghindar dari rasa sakit tapi aku malah memilihnya seolah hal itu menyenangkan untukku, walaupun aku sendiri menangis kesakitan tapi aku tetap memilih rasa sakit itu. Apa aku sudah gila atau malah sudah kelewat gila? Berbetah dengan rasa sakit yang dihindari banyak orang.

Mengapa aku selalu berpikir, “Nanti semuanya akan kembali normal lagi. Nanti aku akan lupa segalanya tentang dia. Tidak perlu mendekatinya, cukup begini. Biarkan dia tetap indah ketika dipandang dari jauh. Tak banyak goretan kasar yang harus terlihat.” Mengapa aku harus berpikir seperti itu, mengapa aku harus menjadi orang egois dan keras kepala yang selalu mencintai diri sendiri.


Apa aku akan begini sampai tua nanti? Sendiri dan kesepian karena sifatku sendiri.

Selasa, 21 Oktober 2014

00.00

Sebelumnya aku tak pernah merasakan seperti ini, tapi entah mengapa akhir-akhir ini aku merasa selalu ingin pergi ke kampus. Mungkin benar alasannya aku ingin bertemu dengan laki-laki yang aku cintai, tapi ada alasan lain yang tak pernah aku mengerti mengapa. Aku merasa bahwa aku sangat rindu kampus yang selama ini tidak pernah aku pedulikan, biasanya aku selalu malas pergi ke kampus, tapi beberapa minggu ini aku merasa selalu ingin pergi ke kampus walaupun aku tahu aku tak akan menemukan laki-laki yang aku cintai, tak akan mencuri-curi pandang darinya, mengamatinya dari kejauhan. Akhir-akhir ini aku selalu merasa, aku tak akan lama lagi ada di kampus, aku akan kehilangan segalanya, termasuk semua kenangan yang ada di sana. Aku selalu merasa takut, bagaimana jika hari itu adalah hari terakhir aku berada di sana. Hari terakhir aku dapat tertawa dengan teman-temanku, menyimak kuliah dosen di dalam kelas. Aku selalu takut jika aku harus meninggalkan kampus sebelum saatnya. Aku takut sekali.

23.56

Tuhan, aku terkadang memang malas berdoa kepada-Mu. Aku hanya berdoa ketika aku merasa butuh,aku berdoa ketika aku merasa sakit dan tak sanggup lagi menjalani ujian-Mu. Salahkah aku jika aku berdoa pada-Mu dalam bentuk tulisan?

Seperti biasa, sakitku sedang meradang sekarang. Aku seperti tak mampu lagi berdiri dengan kakiku lagi, tapi tak ada yang mau mendengarku kesakitan. Mereka seperti tak peduli padaku, mereka hanya butuh aku yang ceria bukan yang berurai air mata.

Terkadang aku sering berpikir, mengapa aku harus menjadi seorang yang egois dan keras kepala? Apa ini karena aku dididik demikian oleh orang-orang sekitarku?

Mereka bilang aku orang yang mudah menangis semenjak aku kecil dulu, jadi mereka mendidikku agar tak peduli pada rasa sakit dan orang lain. Tapi aku merasa tersiska saat ini. Aku merasa sendirian, aku merasa ditinggalkan oleh mereka yang mengajariku menjadi egois dan keras kepala, aku merasa dikhianati diriku sendiri saat ini.

Aku ingin menangis, Tuhan. Tolong peluk aku, hilangkan rasa sakitku. Tak ada yang mau memelukku saat ini, kecuali Engkau. Tak ada yang mampu menghilangkan rasa sakitku, kecuali Engkau.

Aku tahu aku terlalu sombong, terlalu membanggakan diriku sendiri. Terlalu banyak berbohong bahkan pada diriku sendiri, sambut aku kembali Tuhan. 

Tiga Detik

Sekilas aku melihat sosok lain dalam sorot mata itu, tidak sampai tiga detik tapi aku seperti masuk ke dalam jiwanya. Ada sosok rapuh penuh luka yang berusaha ia tutupi mati-matian. Sosok yang selama ini selalu dikenal sebagai seorang yang periang dan penuh tawa, dalam tiga detik itu aku langsung mengenali sosok lain darinya. Seperti luka, rasa tertekan, kecewa dan entah apalagi, sisi lain yang tak diketahui oleh orang lain tentang dirinya. Dalam tiga detik itu, aku seperti masuk ke dalam palung jiwanya, menyelaminya hingga dasar. Dari tiga detik itu aku tahu, bahwa ia menyembunyikan semua perasaan sedih, kecewa, dalam-dalam di hatinya, menekan semua perasaan itu agar tak satupun yang mengetahuinya, Tapi, aku rasa tiga detik tadi hatinya sudah meluber penuh oleh rasa sedih dan kecewa, sampai tak berbendung lagi. Namun dengan sigap, ia tekan lagi perasaan itu. Tertawa riang lagi seperti biasa. Mungkin tak ada yang menyadari, tapi tiga detik itu telah mengubah segalanya. Dia mempunyai sosok lain dalam dirinya, yang ia tutupi mati-matian.

Jumat, 17 Oktober 2014

Kelas D Sastra Indonesia JBSI UNJ Angkatan 2011


Sastra Indonesia Kelas D Angkatan 2011
Gak kerasa ya gue udah memasuki semester 7. Jadi, kali ini gue kepengen ngebahas tentang temen-temen sekelas gue di JBSI UNJ, khususnya Kelas D Program Studi Sastra Indonesia Angkatan 2011 yang diisi oleh orang-orang yang super Ajaib. Gak percaya, coba aja simak:

Aji Bagoes Risang Panengah
Di nomor absen pertama ada Aji Bagoes, biasa dipanggil Aji. Waktu Fiesta cowok berkacamata anak juragan di kendal sekaligus selalu ngaku-ngaku semua cewek di UNJ itu adalah pacarnya menyabet nominasi pemeran utama pria terbaik. Dia juga sering ngaku-ngaku kalo dirinya itu mirip Hyun Bin. Iyuuuuhhhh....

Andika Pratama
Dari namanya udah kaya artis sinetron gitu. Pertama kali gue kenal dia pas pembagian PA, lalu sering satu kelompok sama orang ini. Udah itu waktu semester awal gue sama ni orang sempet dicengin sama anak-anak, gara-gara waktu kuliah Linguistik Umum gue keasyikan ngobrol sama si Chaca. Jadi pas namanya Andika disebut malah gue yang ngejawab hadir. Mampuslah gue! Jadi bulan-bulanan anak-anak.








Fadhilahtunisa
Fadhilahtunisa ini, menjadi nenek kami semua. Soalnya si Dillah ini usianya paling tua diantara kami semua. Dia juga suka banget nasihatin kami, jadi berasa punya nenek di dalam kelas gitu. Ehehehe.














Fairuz Bunga Kurniawan
Ini dia ketua kelas D sekaligus Bundonya kami semua. Pertama ketemu Bunga gue rada takut, soalnya  mukanya jutek banget. Tapi, ternyata orangnya baik banget kok.





 Fera Handayani
Ini dia, cewek paling mungil di kelas. Dia suka dipanggil ade, kadang juga dipanggil cabe. Soalnya emang biarpun kecil, dia ini centil banget. Yang paling khas dari si Fera adalah dia suka banget mainin rambutnya, termasuk saat lagi nanya sama dosen. -__-













Hendry Kurniawan
Cowok keriting dan berkacamata ini adalah cowok terkeriting di kelas. Dia orangnya baik, dan satu lagi pokoknya dia cowok terkeriting di kelas.













Ika Septiana Sanel
Pokoknya panggil aja Sanel, pasti nengok.


Ivo Tania
Cewek berkacamata dan berambut keriting ini adalah cewek paling cantik di kelas, hobinya adalah catokan setiap kali nemu colokan listrik. Pokoknya dibalik kecantikannya tersimpan sebuah rahasia yang akan membuat siapapun tercengang. Ahahahaha.





Muhammad Arif Hidayat
Panggilannya adalah Mas Adam, karena kumisnya yang lebat seperti suaminya Mbak Inul. Dia juga cowok tersemok di dalam kelas, gak deh, di jurusan mungkin kali ya.









Muhammad Ridwan
Nama panggilannya gembel. Kasian banget, nama bagus-bagus tapi dipanggil gembel. Satu hal yang gue hapal dari orang ini adalah jaketnya yang belang-belang dan celana jeans yang ada nametag namanya.










Mussab Askarulloh
Ni orang selalu jadi penghibur di kelas karena gayanya yang kocak, dan konon juga menurut mitos dia adalah orang paling item di kelas. Ya Ampun...















Pandji Adhy Rachmanto
Nih orang selalu ngerasa dirinya itu ganteng, ada satu perkataannya yang bikin gue ngakak kalo inget itu, “Kenapa gue jomblo sih? Padahal kalo gue ngaca gue itu ganteng.” Ahahaha.












Putri Suristyaning Pratiwi
Nama panggilannya Pute. Pute kadang-kadang mukanya suka keliatan sedih, gak tau kenapa. Tapi satu hal dari Pute, gue suka giginya yang kecil-kecil. Lucu banget.













Ranggi Windy Astuti
Nah ini dia nih, cewek manis yang pinter dan baik hati. Wuihh..
















Rakabagus Wisnu Murti
Waktu semester awal gue sering satu kelompok sama Raka, dia suka usilin gue. Dia juga sering ngukur-ngukur tinggi gue yang Cuma di bawah keteknya doang. Bete...














Rini Siti Parida Malik
Kalo Rini ini teman seperjalanan aku, kalo pulang suka bareng  sama Rini kalo gak pengen nongkrong aja sih. Rini ini anak yang taat banget, kalo pulang kuliah langsung pulang. Dia juga pinter, jadi suka konsul gitu sama Rini.











Salsabila
Cewek Sunda yang gak ada Lady banget, ngomongnya cepet, sampe ludahnya muncrat-muncrat. Makanya kita kadang suka nutupin muka kalo ngomong sama dia (Ini fiktif). Oiya, cewek yang dipanggil Chaca ini adalah orang yang pertama kali gue kenal sewaktu breafing MPA.











Siska Novita
Nah ini dia orang yang suka dicengcengin sama anak-anak sebagai pasangannya Panji. Kalo Panji Cuma ngaku ganteng doang, Siska ini malah mengaku sebagai cewek tercantik di UNJ. Kami juga sudah mengakuinya dengan terpaksa kok. Oiya, kenapa Siska dicengin sebagai pasangannya Panji adalah karena sewaktu Siska putus dulu dalam kuliah pragmatik, Siska kepergok lagi bengong sambil natap wajahnya Panji. Tapi Siska ngakunya lagi negliat cermin yang ada di belakang kelas sih.








Widyan Wafa
Widyan itu pacarnya si Pute, yang khas dari Widyan adalah gaya bicaranya yang slengean udah itu sama celana bahannya dia.









Winda Sulistyo Ningsih
Winda itu trio sama Ranggi dan Bunga, mereka ini disebut geng cantik. Emang karena tiga-tiganya cantik.













Ya, begitu deh kelas D.
Sekian. :D












Aku dan Namamu

Aku ingin menuliskan namamu dimanapun aku berada, pada apapun yang aku temukan. Aku ingin membawa namamu kemanapun aku pergi, tak peduli kau ada dimana. Namamu tak pernah henti aku sebut, setiap saat, setiap hari, dalam keadaan apapun. Aku menembangkannya menjadi sebuah nyanyian yang aku senandungkan pada apapun yang aku temui. Menyanyikan namamu, menuturkankannya pada setiap halaman buku harianku. Namamu sudah akrab dengan pulpen dan buku milikku. Mereka cuma bisa tersenyum maklum, karena mereka sendiri sudah saling jatuh cinta sejak lama. Aku dan namamu, cuma serpihan kisah cinta dari seluruh manusia di dunia yang mereka tahu.

Sejak beberapa bulan yang lalu hingga hari ini, namamu menghiasi seluruh buku harianku, mengisi tiga perempat pikiranku. Entah esok, entah lusa, dan entah beberapa bulan kemudian. Tapi yang aku tahu hari ini, namamu selalu melintas lalu menelusup perlahan kedalam pikiranku, sebentar kemudian hatiku berdesir karenanya. Namamu sungguh ajaib saat ini. Ia berkilau di setiap jalan, rumah-rumah, gemerlap seperti lampu diskotik. Namamu mampu melagukan apapun yang bisu, mewarnai apapun yang tak berwarna. Aku pada namamu, seperti cerita dongeng yang tak pernah selesai ditulis, diceritakan dari mulut ke mulut, tersendat di tengah cerita bingung untuk melanjutkan. Hingga semua orang hanya bisa menebak-nebak akhir cerita, coba saja kita hitung nanti berapa banyak orang yang mengisahkan bahwa kita berakhir bahagia, atau berapa orang yang pada akhirnya memilih akhiran tragis untuk dongeng kita.


Aku dan namamu, memang belum selesai. Entah kapan, aku akan memilih berhenti melagukan namamu.