Aku ingin bercerita, apa yang aku pikirkan saat ini. Biarpun aku memilik cukup banyak teman untuk bercerita tapi rasanya mulutku selalu kelu setiap kali akan berucap. Aku lebih suka bercerita lewat tulisan. Maka bacalah tulisanku ini, semoga kamu yang aku tujukan mengerti.
Di mataku kamu adalah orang yang sangat menarik dipertengahan Desember tahun lalu, kita sering bermain bersama, bercerita apapun bahkan sampai obrolan ala kadarnya hanya untuk mencairkan suasana. Di kelas kita sering bernyanyi, aku suka melihat kamu begitu menghayati setiap lagu yang kamu nyanyikan. Benar-benar lucu, melihat ekspresi wajahmu yang begitu.
Lucunya dulu aku sering bercerita padamu tentang laki-laki yang aku sukai, aku bilang aku jatuh cinta sendirian dan itu menyakitkan. Kamu terus memberiku semangat ketika hatiku hancur lebur karena tau dia menyukai orang lain. Katamu aku tak perlu menangis, biar kamu saja yang menangis. Manis, sangat manis sekali tuturanmu malam itu di tengah perjalanan pulang.
Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana kamu bicara di perpustakaan bahwa kamu akan membuatku jatuh cinta padamu. Tak perlu kamu lakukan itu, karena sebelumnya kamu sudah menjadi yang istimewa di hatiku. Aku telah melupakan orang yang selalu aku ceritakan padamu sejak lama. Sejak kita sering bermain hanya berdua. Aku ingat bagaimana sore hari di kampus kita terasa lebih manis hanya karena aku dan kamu duduk bedua menikmati film atau apapun itu.
Aku masih ingat bagaimana matamu tak pernah bohong bahwa kamu menyimpan sesuatu dulu, mungkin satu tahun yang lalu. Bagaimana matamu saat aku sedang di puncak bahagia karena berhasil berbicara pada laki-laki yang aku sukai dulu, saat meminjam slayer untuk salah satu teman kita yang berulang tahun. Saat aku memberikannya kue dengan potongan yang besar.
Bagaimana matamu dalam waktu kurang dari tiga detik meluluhkan hatiku, di saat aku sedang gugup, terkejut setengah mati ketika dia yang aku cintai dulu mengetuk pintu kelas kita dan aku terpaksa membukakannya di saat kita tengah asik bernyanyi bersama di kelas sepersi. Matamu membiarkan aku terus masuk ke dalam jiwamu yang paling dalam seolah kamu membiarkan aku membaca pikiranmu, membaca hatimu. Sayangnya hanya tatapan matamu yang kurang dari tiga detik itulah yang yang aku tangkap. Mungkinkah itu microexpression, yang mengungkapkan segala isi hatimu saat itu. Aku tak mengerti. Namun, kamu terus bernyanyi seolah tak ada apapun yang terjadi.
Aku ingat bagaimana kamu menuliskan kata I Love You di beberapa lembar buku matakuliahku, mungkin kamu menuliskan bahkan mengucapkannya ke semua orang. Mungkin bagi beberapa orang itu tak berarti, tapi aku mudah dibawa oleh perasaanku sendiri. Tapi, aku terus hati hati agar jangan sampai salah sangka seperti kejadian laki-laki yang sering aku ceritakan dulu padamu.
Mungkin aku salah duga, aku salah sangka, Tentang semua tatapan matamu itu, aku terlalu mudah dibawa perasaanku sendiri. Kamu memang bersifat manis ke semua orang. Kamu orang yang menyenangkan dan bisa berteman dengan siapa saja. Aku cuma gadis rumahan yang tak tau dunia luar, tak punya banyak teman maka aku mudah salah sangka hanya karena perasaanku sendiri.
Tapi aku sudah lama menyembunyikan detak jantungku sendiri, hanya karena aku ditanya tentang kamu. Ketika yang lain sedang menggoda kita dan aku menggoda kamu, rasanya jantungku tak lagi ada di tempatnya.
Maaf jika aku salah sangka, tapi harus ku akui bahwa aku jatuh cinta padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar