Selasa, 15 September 2015

Ayah

Ayah.. Apa kabar? Bagaimana rasanya di surga? Bahagiakah ayah di sana? Ayah, aku rindu dengan ayah. Aku rindu dibonceng sepeda saat pulang sekolah. Rindu memancing di sungai seberang rumah kita.
Ayah, apa rasanya bahagia ada di surga? Bagaimana rasanya tidur terlelap lama. Kadang aku lelah, yah. Aku ingin istirahat di samping ayah, merebahkan tubuhku pada tanah yang dulu membentuk tubuhku. Ayah, apa ayah melihatku, adik dan ibu setiap hari? Aku tak tahan melihatnya menangis setiap hari, yah. Aku pusing, aku tak tahan mendengar ibu terisak di dalam kamarnya. Aku butuh tidur, butuh istirahat. Senangkah ayah di surga sana? Kami di sini begitu menderita. Kurang makan, tempat tinggal kita digusur orang, aku terpaksa bekerja keras. Supaya aku dan ibu tetap bisa hidup. Tapi ibu terus menangis, yah. Entah apa yang ibu rasakan.
Ayah, bulan ini terjadi PHK besar-besaran di setiap perusahaan. Aku termasuk salah satu korban PHK. Aku tak punya pekerjaan lagi, aku berpikir bagaimana kami bisa makan. Tapi, aku tak menemukan pekerjaan apapun. Sementara ibu terus menangisi hidup.

Aku, ibu dan adik lapar, yah. Kami butuh makan.
Sementara ibu masih menangis di kamarnya. Aku menemuinya, memeluknya, meredakan tangisnya. Bahwa semua akan baik-baik saja, semua penderitaannya akan berakhir dan dapat bahagia.

Ayah, aku dan adik bisa makan sekarang. Ibu sudah tak lagi menangis. Ibu sudah bahagia.


-----------------------------------------------------------------------------------------------

Ayah dan Ibu apa kabar? Bagaimana rasanya di surga? Bahagiakah kalian di sana? Aku dan adik butuh makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar