Rabu, 30 September 2015

Kangen



Aku kangen masa-masa di kampus, aku kangen suasana kampus. Orang-orang yang aku temui di kampus. Aku kangen menghabiskan waktu sampai malam di kampus. Kangen jalan pulangku, kangen semangatku yang menggebu untuk sampai ke kampus, sekedar melihat orang yang aku sukai.
Aku kangen 2 semester akhir masa kuliahku, ketika semuanya terasa lebih berwarna. Aku kangen menghabiskan waktu di perpustkaan universitas atau jurusan. Aku kangen dikejar revisi, aku kangen obrolanku seputar skripsi.
Aku kangen ketika kami tertawa menjelang masa kuliah berakhir, kangen nonton di kelas, kangen bercanda di depan BAAK atau jajanan BNI. Kangen menghabiskan waktu bersama teman-teman, kangen mengejar dosen pembimbing ke Sentul.
Aku kangen sama kamu yang terus menghabiskan waktu berdua, aku kangen pergi ke perpustakaan bersamamu, aku kangen janjian ke kampus denganmu, aku kangen jalan pulang bersamamu, ketika kamu mengantarkanku sampe ke gerbang halte Transjakarta, meminjamkanku kartu, aku sangat kangen hal itu. Aku kangen meminjamkanmu buku perpustakaan memakai kartuku, aku kangen obrolan kita yang sedikit demi sedikit mulai memudar. Aku kangen menonton film di laptopmu, kangen menemanimu mendownload film, aku kangen ketika kita sama-sama sunyi, sama-sama diam tak bicara, aku kangen memperhatikan wajahmu yang sedang serius.
Aku kangen dengan suaramu, aku kangen dengan apapun yang kamu kenakankan, aku kangen kacamatamu yang rusak, aku juga kangen dengan tasmu yang susah ditutup. Aku kangen dengan perkataanmu yang seolah-olah mudah menyerah, aku kangen candamu, aku kangen memberimu bagian makanan yang tidak aku suka.
Aku sungguh kangen itu. Aku sungguh kangen kamu.
Kita sudah ada di jalan kita masing-masing sekarang, semoga waktu akan terus mempertemukan kita kembali. Semoga jalan yang kita tempuh selalu berputar, jalan yang akan mempertemukan kita kembali, sejauh apapun kita nanti. Aamiin…

Selasa, 29 September 2015

Teror



            Baru kali ini aku merasa disukai oleh seseorang sampai sebegininya, sampai-sampai aku merasa diteror oleh orang tersebut. Aku ketakutan setengah mati dibuatnya, aku selalu merasa tidak tenang. Setiap hari aku selalu merasa tertekan, sebenarnya di awal perkenalan kami aku nyaman saja berbincang dengannya. Sampai suatu ketika dia mulai berubah menjadi mengerikan, dia terus berusaha mengetahui semua tentangku, semua teman-temanku, keluargaku, apa yang aku lakukan setiap saat. Awalnya aku merasa itu hanya untuk basa-basi, untuk mencairkan suasana agar lebih akrab, untuk mengetahui sedikit tentangku sebagai bahan obrolan kami. Tapi sekarang semuanya semakin keterlaluan. Dia terus berusaha menghubungiku, mengirimkan apapun untukku, menanyakan bagaimana keadaanku sampai berkali-kali dalam sehari.
            Dia bilang dia menyukaiku, awalnya aku menghargai itu tapi justru bukan membuatku senang malah membuatku ketakutkan setengah mati. Mungkin untuk dia atau orang lain itu wajar sebagai bentuk perhatian, tapi jujur itu sangat membuatku tidak nyaman. Aku tidak menyukai itu.
            Dia terus terusan menanyakan fotoku berdua dengan seorang laki-laki yang aku jadikan wallpaper handphone dan desktop komputer dengan maksud agar dia berhenti menggangguku. Bukannya menjauh dia malah terus-terusan menanyakan perihal laki-laki itu. Itu keterlaluan, dia berusaha menerobos privasiku.
            Dia selalu berkata, akan berusaha menyingkirkan laki-laki itu. Aku berusaha melindunginya, melindungi laki-laki yang aku sayangi tersebut. Tapi karena kecerobohanku sendiri, dia mendapatkan informasi berharga tentang laki-laki tersebut, aku lupa menghapus berkas-berkasku dan menguncinya dengan password. Ini membuatku stress, bingung, limbung, ketakutan dan panik. Aku dibuat gemetaran, aku takut terjadi apa-apa dengan laki-laki itu. Kalau dia sampai melakukan sesuatu terhadap laki-laki itu, aku tak akan memaafkannya.
            Semoga laki-laki berhargaku tidak mendapat kesulitan apapun. Semoga Tuhan selalu melindungi setiap langkah dan tarikan napasnya. Aamiin….

Senin, 28 September 2015

Mengaku,-

Aku ingin bercerita, apa yang aku pikirkan saat ini. Biarpun aku memilik cukup banyak teman untuk bercerita tapi rasanya mulutku selalu kelu setiap kali akan berucap. Aku lebih suka bercerita lewat tulisan. Maka bacalah tulisanku ini, semoga kamu yang aku tujukan mengerti.

Di mataku kamu adalah orang yang sangat menarik dipertengahan Desember tahun lalu, kita sering bermain bersama, bercerita apapun bahkan sampai obrolan ala kadarnya hanya untuk mencairkan suasana. Di kelas kita sering bernyanyi, aku suka melihat kamu begitu menghayati setiap lagu yang kamu nyanyikan. Benar-benar lucu, melihat ekspresi wajahmu yang begitu.

Lucunya dulu aku sering bercerita padamu tentang laki-laki yang aku sukai, aku bilang aku jatuh cinta sendirian dan itu menyakitkan. Kamu terus memberiku semangat ketika hatiku hancur lebur karena tau dia menyukai orang lain. Katamu aku tak perlu menangis, biar kamu saja yang menangis. Manis, sangat manis sekali tuturanmu malam itu di tengah perjalanan pulang.

Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana kamu bicara di perpustakaan bahwa kamu akan membuatku jatuh cinta padamu. Tak perlu kamu lakukan itu, karena sebelumnya kamu sudah menjadi yang istimewa di hatiku. Aku telah melupakan orang yang selalu aku ceritakan padamu sejak lama. Sejak kita sering bermain hanya berdua. Aku ingat bagaimana sore hari di kampus kita terasa lebih manis hanya karena aku dan kamu duduk bedua menikmati film atau apapun itu.

Aku masih ingat bagaimana matamu tak pernah bohong bahwa kamu menyimpan sesuatu dulu, mungkin satu tahun yang lalu. Bagaimana matamu saat aku sedang di puncak bahagia karena berhasil berbicara pada laki-laki yang aku sukai dulu, saat meminjam slayer untuk salah satu teman kita yang berulang tahun. Saat aku memberikannya kue dengan potongan yang besar. 

Bagaimana matamu dalam waktu kurang dari tiga detik meluluhkan hatiku, di saat aku sedang gugup, terkejut setengah mati ketika dia yang aku cintai dulu mengetuk pintu kelas kita dan aku terpaksa membukakannya di saat kita tengah asik bernyanyi bersama di kelas sepersi. Matamu membiarkan aku terus masuk ke dalam jiwamu yang paling dalam seolah kamu membiarkan aku membaca pikiranmu, membaca hatimu. Sayangnya hanya tatapan matamu yang kurang dari tiga detik itulah yang yang aku tangkap. Mungkinkah itu microexpression, yang mengungkapkan segala isi hatimu saat itu. Aku tak mengerti. Namun, kamu terus bernyanyi seolah tak ada apapun yang terjadi.

Aku ingat bagaimana kamu menuliskan kata I Love You di beberapa lembar buku matakuliahku, mungkin kamu menuliskan bahkan mengucapkannya ke semua orang. Mungkin bagi beberapa orang itu tak berarti, tapi aku mudah dibawa oleh perasaanku sendiri. Tapi, aku terus hati hati agar jangan sampai salah sangka seperti kejadian laki-laki yang sering aku ceritakan dulu padamu.

Mungkin aku salah duga, aku salah sangka, Tentang semua tatapan matamu itu, aku terlalu mudah dibawa perasaanku sendiri. Kamu memang bersifat manis ke semua orang. Kamu orang yang menyenangkan dan bisa berteman dengan siapa saja. Aku cuma gadis rumahan yang tak tau dunia luar, tak punya banyak teman maka aku mudah salah sangka hanya karena perasaanku sendiri.

Tapi aku sudah lama menyembunyikan detak jantungku sendiri, hanya karena aku ditanya tentang kamu. Ketika yang lain sedang menggoda kita dan aku menggoda kamu, rasanya jantungku tak lagi ada di tempatnya.

Maaf jika aku salah sangka, tapi harus ku akui bahwa aku jatuh cinta padamu.

Minggu, 27 September 2015

C'est Lundi.

Hari ini aku dibuat sesak napas karena ingin menangis, mengingat hari kemarin. Kami tertawa bersama, rasanya sudah lama sekali kami tak saling bicara.Aku bahagia dengan kejutan yang tak seberapa, aku bahagia bersama mereka. Rasanya ingin kuulang lagi waktu kemarin, aku ingin mengulangnya terus setiap aku ingin. Betapa bahagianya aku kemarin. Mais, C'est Lundi guys.

Aji, Chaca, Fera, Siska. Terima kasih untuk semangat kalian, semoga waktu dan jarak tak akan memisahkan kita.



Rabu, 23 September 2015

Semua Tentang A

Aku punya kisah unik dengan orang dengan inisial A. Aku biasanya akan mengalami kisah rumit dengan orang-orang yang memiliki inisial A. Akan kuceritakan kepada kalian.

Ayahku dengan inisial A, aku menyayanginya. Tapi, hubunganku dengan ayahku tidak berjalan begitu mulus, aku sulit mengerti tentang apa yang dipikirkan ayah. Ayah seorang yang taat agama hanya saja sangat cerewet jika sudah berhubungan dengan masalah keluarga terutama jika menyangkut masalah anak-anaknya. Aku sering bertengkar dengan ayah hanya karena beda pendapat, kami sama-sama keras kepala dalam mempertahankan argumen. Kalau sudah begitu biasanya hanya ibu yang bisa melerai kami. Aku dan ayahku akan sama-sama diam sedangkan aku lebih memilih bermain handphone sambil tiduran di kamar.

Selain dengan ayahku, aku juga memiliki kisah cinta yang rumit dengan orang-orang dengan inisial A. Entah mengapa orang-orang dengan inisial A selalu membuatku tergila-gila.

A1. Aku pernah jatuh cinta dengan orang berinisial A sewaktu SMA dulu, dia seorang yang baik dan ramah. Hanya saja dia orang yang pendiam, itu yang membuatku tergila-gila padanya. Selain wajahnya yang rupawan dia juga orang yang cukup cerdas. Dia sering menolongku, tanpa kata, tanpa bicara. Entah mengapa dari pertemuan kami yang tanpa kata, dia diam-diam mencuri hatiku. Kami bukan orang yang dekat satu sama lain, bukan teman akrab. Pembicaraan kami hanya jika ada hal yang benar-benar penting. Harusnya cinta datang karena terbiasa kan? Tapi ungkapan ini tak berlaku sama sekali untukku saat itu.
Sepulang sekolah ia tak pernah menyapaku atau mengajakku untuk pulang bersama, membiarkan aku menumpang di sepeda motornya. Tak pernah sekalipun ia tawarkan itu. Walaupun rumah kami searah, dia membiarkan aku berjalan di pinggir sawah setiap hari ketika tak ada lagi angkutan umum lewat jam 4 sore. Tapi aku menikmatinya, membiarkan dia mengendarai sepeda motornya di sisiku. Mendorongku dengan lembut jika aku berjalan terlalu ke tengah. Aku merasa itu adalah masa-masa terindah dalam hidupku. Tapi sayang dia hanya menyukai satu orang wanita yang sejak dulu mencuri hatinya saat pertama kali ia menginjakkan kaki di sekolah itu. Mungkin sampai hari ini. Aku tak mau merusak cinta itu. Aku cukup bahagia memandanginya dari jauh. Mencari-cari apapun yang mirip dengan apa yang dimilikinya. Mr. A1, Aku masih sering mendoakanmu semoga kamu masih mengingat aku. :)

A2. Ini terjadi ketika aku memasuki semester genap di kelas 11. Ada anak baru di kelasku. Seorang yang pemalu, tapi aku masih menyukai laki-laki dengan inisial A1, aku menyukai laki-laki dengan inisial A1 sampau aku kuliah semester 3. Kembali ke A2. A2 merupakan seorang yang pemalu, hitam manis dan orang yang royal. Dia sering mengajakku kemana-mana, membelikan aku ini dan itu. Hubungan kami sangat dekat mungkin seluruh sekolah tau bahwa kami mempunyai hubungan spesial. Dia tak pernah sempat menyatakan cintanya untukku, karena ketika obrolan kami menjurus ke arah percintaan aku mulai berganti topik pembicaraan. Menggosipkan ini itu, bahkan obrolan yang hanya kukarang-karang sendiri. Entah mengapa aku tak pernah mau menjalin hubungan dengan orang itu, aku lebih menyukainya menjadi sahabatku untuk berbagi. Tidak lebih. Ketika itu aku masih sangat menyukai A1. Aku tak pernah bisa berhenti memikirkannya, ia adalah energi terkuat dalam hidupku walaupun aku sudah tahu dia tak menyukaiku sedikitpun. Tapi menjalin hubungan dengan A2 membuat kami akan sama-sama tersiksa nantinya. Diapun perlahan mulai meninggalkan aku. Menjauh, mencari orang yang pasti mencintainya. Dia masih bersikap baik padaku sampai hari ini, tapi ada perasaan tidak enak hati terhadapnya. Mungkin dia sudah melupakan apa yang pernah terjadi pada kami dan hanya menganggapnya bagian dari masa lalu, tapi aku masih belum bisa melupakannya.

A3. Kisah dengan orang ini terjadi saat aku baru saja memasuki dunia kampus. Mengenal orang-orang baru dan dunia baru. Sebelumnya, sampai semester 1 hampir berakhir aku tak pernah mengenalnya. Sulit bagiku untuk menghapal wajah-wajah orang, apalagi jumlah kami sangat banyak. Aku tak pernah sanggup menghapal wajah, harus ada pertemuan dan percakapan intens di antara kami barulah aku dapat mengenali wajah orang lain. Aku mengenalnya dari seorang temanku yang cukup pintar bicara, dia cukup dekat dengan laki-laki itu. Awal perkenalan kami karena temanku sering meminjam handphoneku untuk mengirim sms kepada laki-laki itu. Sampai suatu ketika aku menanyakan kepadanya, ini nomor siapa dan dia menyuruhku menyimpan nomor itu. Aku lupa kapan kami bertemu dan bagaimana caranya kami bisa menjadi dekat dan saling bertukar kabar. Setelah kejadian itu, kami jadi sering bersama mengejarkan apapun bersama. Hubungan kami sangat dekat sampai suatu ketika ia mengirimkan aku sebuah puisi yang aku tak mengerti maknanya karena setiap orang akan menginterpretasikan puisi dengan cara yang berbeda. Begitupun aku yang mendapat kiriman puisi itu, tanpa rasa bersalah aku balas puisi itu dengan kalimat. "Lo kenapa? Kok galau?" lalu pesanku tak pernah lagi dibalasnya sampai berhari-hari berikutnya dia tak pernah lagi terlihat di kampus. Kata teman-temanku dia sakit. Saat dia menemuiku beberapa hari kemudian dia terlihat sangat kuyu dan tak bersemangat matanya agak sembap tapi dia bilang dia tak apa-apa. Aku mencoba menyemangatinya. Dia selalu bertanya padaku apa aku masih menyukai A1, laki-laki masa SMAku. Apa yang membuatku jatuh cinta padanya, aku jawab, aku tak tau mengapa aku menyukainya sampai saat itu. Dia hanya mengangguk, lalu dia bilang ada yang perlu kami bicarakan sebentar. Tapi aku menolak ajakannya,aku bilang aku ada janji dengan salah satu temanku dan harus segera pulang. 
Dia menyerah, berapa lama kemudian kami tak lagi saling terhubung. Dia dekat dengan wanita lain yang pasti mencintainya, rela melakukan apapun untuknya, rela berbagi dengan dia. Bukan seperti aku yang terus menerus menghancurkan hatinya, dan pada akhirnya aku harus menyesal kemudian bersyukur dengan apa yang aku miliki sekarang, melihat dia bersama wanita yang membuatnya terus tersenyum. Aku adalah bagian dalam hidupnya yang mengajarkannya cara untuk ikhlas dan dia adalah bagian dalam hidupku yang mengajarkan aku untuk tidak menyia-nyiakan orang yang mencintai dengan tulus.

A4. Laki-laki masa KKLku, seorang vocalis band. Aku malas menuliskan kisahnya karena kalian bisa membaca kisah bagaimana aku dapat mencintai laki-laki itu di postingan blog ini saat pertama aku memulai menulis di blog ini.

A5. Laki-laki yang sekarang membuatku bersemangat dalam menjalani setiap tantangan dalam hidupku, membuatku tertawa riang di akhir masa kuliahku sampai hari ini. Dia adalah sebagian semangatku saat ini. Orang yang rela membuatku menunggu, melakukan apapun untuknya. Semoga kisah ini tak serumit hubunganku dengan laki-laki dengan inisial A seperti sebelumnya. Kalian dapat membaca kisahnya diseparuh bagian dari blog ini, "Hipnotis", "Tiga Detik", dan ada beberapa lagi yang aku tuliskan tentangnya hanya saja aku lupa. 

Nama dengan inisial A selalu mewarnai hidupku, memberikan banyak arti dan pelajaran membuatku semakin menikmati hidup ini. Terima kasih untuk kalian yang telah mewarnai hari-hariku, membuat aku lebih semangat setiap harinya bahkan ketika kalian kecewakanku, aku masih sanggup tertawa dan berkata tak apa, semua akan baik-baik saja. Terima kasih, tak sempat aku ucapkan saat kita bersama dulu.

Minggu, 20 September 2015

Sajak di Atas Lembaran Tissu


Kamu adalah tulisan yang aku tulis dan kubaca setiap harinya.
Tak peduli hujan, panas, ataupun siang aku tetap membacamu.
Melewati waktu dan tak peduli zaman.
Engkau yang kucari pertama kali dalam keadaan apapun.
Engkau segala tulisan yang aku buat.
Semoga saja engkau menikmati setiap goresan yang aku ciptakan untukmu.




Jakarta, 20 September 2015

Jumat, 18 September 2015

Akhir

Semuanya persis seperti mimpiku, segera berlari meninggalkan kota ini. Memulai hidup baru dengan orang-orang baru. Meninggalkan semua yang aku kenal dan miliki sekaligus semua kenangan di dalamnya. Aku akan menjalani hidup baruku sebagai orang baru, dengan kebiasaan dan pribadi yang baru. Aku bukan lagi pribadi yang kalian kenal. Aku mulai berubah, seperti mimpiku beberapa tahun silam. Sekarang aku sedang mewujudkannya.
Apa yang aku lihat, kenal, miliki dan kenang harus segera pergi mulai hari ini. Tak ada lagi aku mulai hari ini. Silahkan lupakan aku yang kalian kenal mulai hari ini.

Selamat berpisah.

Kamis, 17 September 2015

22: 18 September 1993

Terima kasih Tuhan untuk berkatmu, aku masih bisa menemui usiaku yang ke-22. Terima kasih untuk angka kembar kedua ini. Aku tak perlu semua orang mengingat hari ulang tahunku karena yang terpenting adalah bahwa aku masih mempunyai dan dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku. Itu sudah lebih dari berarti. 
Tak perlu menjadikan ulang tahunku hari yang istimewa, karena aku selalu tahu bahwa usiaku kian berkurang. Entah tinggal beberapa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun lagi. Tapi, aku bersyukur Engkau pertemukan aku pada orang-orang yang mengajariku arti memberi, mencintai dan mengikhlaskan. Engkau kirimkan aku orang-orang yang membuat hidupku lebih berwarna, memberi tawa,canda, tangis dan duka. Aku menikmati itu semua.
Tuhan, terima kasih untuk usiaku yang ke-22 di tanggal 18 September ini. Berkahilah usiaku, mudahkanlah perjalanan hidupku, semoga di usia ini aku semakin menjadi baik. Aamiin.....

Selasa, 15 September 2015

Ayah

Ayah.. Apa kabar? Bagaimana rasanya di surga? Bahagiakah ayah di sana? Ayah, aku rindu dengan ayah. Aku rindu dibonceng sepeda saat pulang sekolah. Rindu memancing di sungai seberang rumah kita.
Ayah, apa rasanya bahagia ada di surga? Bagaimana rasanya tidur terlelap lama. Kadang aku lelah, yah. Aku ingin istirahat di samping ayah, merebahkan tubuhku pada tanah yang dulu membentuk tubuhku. Ayah, apa ayah melihatku, adik dan ibu setiap hari? Aku tak tahan melihatnya menangis setiap hari, yah. Aku pusing, aku tak tahan mendengar ibu terisak di dalam kamarnya. Aku butuh tidur, butuh istirahat. Senangkah ayah di surga sana? Kami di sini begitu menderita. Kurang makan, tempat tinggal kita digusur orang, aku terpaksa bekerja keras. Supaya aku dan ibu tetap bisa hidup. Tapi ibu terus menangis, yah. Entah apa yang ibu rasakan.
Ayah, bulan ini terjadi PHK besar-besaran di setiap perusahaan. Aku termasuk salah satu korban PHK. Aku tak punya pekerjaan lagi, aku berpikir bagaimana kami bisa makan. Tapi, aku tak menemukan pekerjaan apapun. Sementara ibu terus menangisi hidup.

Aku, ibu dan adik lapar, yah. Kami butuh makan.
Sementara ibu masih menangis di kamarnya. Aku menemuinya, memeluknya, meredakan tangisnya. Bahwa semua akan baik-baik saja, semua penderitaannya akan berakhir dan dapat bahagia.

Ayah, aku dan adik bisa makan sekarang. Ibu sudah tak lagi menangis. Ibu sudah bahagia.


-----------------------------------------------------------------------------------------------

Ayah dan Ibu apa kabar? Bagaimana rasanya di surga? Bahagiakah kalian di sana? Aku dan adik butuh makan.

Bingung

Tahun lalu di bulan yang sama, aku bingung menentukan judul sepersi sebagai awalanku menulis skripsi, bingung sampai tidak bisa tidur ingin meneliti apa? menulis apa? setelah menemukan judul dan mempresentasikannya, kemudian disetujui oleh dosen pengampu. Aku kembali bingung bagaimana memulai tulisan ilmiahku tersebut, bingung dengan dosen pembimbingku. Bagaimana aku menyelesaikannya. Bagaimana menemui dosen pembimbingku yang jarang ke kampus bahkan tidak pernah ke kampus.
Tahun ini di bulan yang sama aku dibuat bingung dengan bagaimana dengan orang tuaku yang akan menghadiri acara wisudaku, lalu dibuat bingung karena harus mencari pekerjaan, setelah menemukan pekerjaan akhirnya aku kembali bingung dengan pekerjaanku, maklum anak baru. Aku bingung menghadapi dunia baruku, lingkungan baru dan orang-orang baru. Kali ini aku harus menemui banyak orang dengan banyak karakter, mungkin tidak akan menjalin hubungan akrab seperti masa sekolah atau kuliah, hanya lewat begitu saja. Semakin dewasa aku semakin berpikir rumit, cara pandangku mengenai hidup mulai berubah. Banyak hal yang harus aku pikirkan sebelum aku memutuskan suatu hal. Tahun ini bukan mengenai diri sendiri lagi, tetapi mengenai banyak orang dan banyak hal yang harus aku pertanggungjawabkan. Aku akan belajar untuk tidak bingung lagi, aku akan belajar caranya mengahadapi masalah bukan lagi mengabaikan, melupakan apalagi sampai menghindar. Aku akan belajar caranya menjadi orang dewasa, belajar dengan dunia baruku.
Ya, begitulah kebingunganku dari tahun lalu sampai tahun ini. Mungkin tahun depan aku dibuat bingung dengan pertanyaan kapan dan dengan siapa aku akan menikah? Hahahaha.