Aku punya kisah unik dengan orang dengan inisial A. Aku biasanya akan mengalami kisah rumit dengan orang-orang yang memiliki inisial A. Akan kuceritakan kepada kalian.
Ayahku dengan inisial A, aku menyayanginya. Tapi, hubunganku dengan ayahku tidak berjalan begitu mulus, aku sulit mengerti tentang apa yang dipikirkan ayah. Ayah seorang yang taat agama hanya saja sangat cerewet jika sudah berhubungan dengan masalah keluarga terutama jika menyangkut masalah anak-anaknya. Aku sering bertengkar dengan ayah hanya karena beda pendapat, kami sama-sama keras kepala dalam mempertahankan argumen. Kalau sudah begitu biasanya hanya ibu yang bisa melerai kami. Aku dan ayahku akan sama-sama diam sedangkan aku lebih memilih bermain handphone sambil tiduran di kamar.
Selain dengan ayahku, aku juga memiliki kisah cinta yang rumit dengan orang-orang dengan inisial A. Entah mengapa orang-orang dengan inisial A selalu membuatku tergila-gila.
A1. Aku pernah jatuh cinta dengan orang berinisial A sewaktu SMA dulu, dia seorang yang baik dan ramah. Hanya saja dia orang yang pendiam, itu yang membuatku tergila-gila padanya. Selain wajahnya yang rupawan dia juga orang yang cukup cerdas. Dia sering menolongku, tanpa kata, tanpa bicara. Entah mengapa dari pertemuan kami yang tanpa kata, dia diam-diam mencuri hatiku. Kami bukan orang yang dekat satu sama lain, bukan teman akrab. Pembicaraan kami hanya jika ada hal yang benar-benar penting. Harusnya cinta datang karena terbiasa kan? Tapi ungkapan ini tak berlaku sama sekali untukku saat itu.
Sepulang sekolah ia tak pernah menyapaku atau mengajakku untuk pulang bersama, membiarkan aku menumpang di sepeda motornya. Tak pernah sekalipun ia tawarkan itu. Walaupun rumah kami searah, dia membiarkan aku berjalan di pinggir sawah setiap hari ketika tak ada lagi angkutan umum lewat jam 4 sore. Tapi aku menikmatinya, membiarkan dia mengendarai sepeda motornya di sisiku. Mendorongku dengan lembut jika aku berjalan terlalu ke tengah. Aku merasa itu adalah masa-masa terindah dalam hidupku. Tapi sayang dia hanya menyukai satu orang wanita yang sejak dulu mencuri hatinya saat pertama kali ia menginjakkan kaki di sekolah itu. Mungkin sampai hari ini. Aku tak mau merusak cinta itu. Aku cukup bahagia memandanginya dari jauh. Mencari-cari apapun yang mirip dengan apa yang dimilikinya. Mr. A1, Aku masih sering mendoakanmu semoga kamu masih mengingat aku. :)
A2. Ini terjadi ketika aku memasuki semester genap di kelas 11. Ada anak baru di kelasku. Seorang yang pemalu, tapi aku masih menyukai laki-laki dengan inisial A1, aku menyukai laki-laki dengan inisial A1 sampau aku kuliah semester 3. Kembali ke A2. A2 merupakan seorang yang pemalu, hitam manis dan orang yang royal. Dia sering mengajakku kemana-mana, membelikan aku ini dan itu. Hubungan kami sangat dekat mungkin seluruh sekolah tau bahwa kami mempunyai hubungan spesial. Dia tak pernah sempat menyatakan cintanya untukku, karena ketika obrolan kami menjurus ke arah percintaan aku mulai berganti topik pembicaraan. Menggosipkan ini itu, bahkan obrolan yang hanya kukarang-karang sendiri. Entah mengapa aku tak pernah mau menjalin hubungan dengan orang itu, aku lebih menyukainya menjadi sahabatku untuk berbagi. Tidak lebih. Ketika itu aku masih sangat menyukai A1. Aku tak pernah bisa berhenti memikirkannya, ia adalah energi terkuat dalam hidupku walaupun aku sudah tahu dia tak menyukaiku sedikitpun. Tapi menjalin hubungan dengan A2 membuat kami akan sama-sama tersiksa nantinya. Diapun perlahan mulai meninggalkan aku. Menjauh, mencari orang yang pasti mencintainya. Dia masih bersikap baik padaku sampai hari ini, tapi ada perasaan tidak enak hati terhadapnya. Mungkin dia sudah melupakan apa yang pernah terjadi pada kami dan hanya menganggapnya bagian dari masa lalu, tapi aku masih belum bisa melupakannya.
A3. Kisah dengan orang ini terjadi saat aku baru saja memasuki dunia kampus. Mengenal orang-orang baru dan dunia baru. Sebelumnya, sampai semester 1 hampir berakhir aku tak pernah mengenalnya. Sulit bagiku untuk menghapal wajah-wajah orang, apalagi jumlah kami sangat banyak. Aku tak pernah sanggup menghapal wajah, harus ada pertemuan dan percakapan intens di antara kami barulah aku dapat mengenali wajah orang lain. Aku mengenalnya dari seorang temanku yang cukup pintar bicara, dia cukup dekat dengan laki-laki itu. Awal perkenalan kami karena temanku sering meminjam handphoneku untuk mengirim sms kepada laki-laki itu. Sampai suatu ketika aku menanyakan kepadanya, ini nomor siapa dan dia menyuruhku menyimpan nomor itu. Aku lupa kapan kami bertemu dan bagaimana caranya kami bisa menjadi dekat dan saling bertukar kabar. Setelah kejadian itu, kami jadi sering bersama mengejarkan apapun bersama. Hubungan kami sangat dekat sampai suatu ketika ia mengirimkan aku sebuah puisi yang aku tak mengerti maknanya karena setiap orang akan menginterpretasikan puisi dengan cara yang berbeda. Begitupun aku yang mendapat kiriman puisi itu, tanpa rasa bersalah aku balas puisi itu dengan kalimat. "Lo kenapa? Kok galau?" lalu pesanku tak pernah lagi dibalasnya sampai berhari-hari berikutnya dia tak pernah lagi terlihat di kampus. Kata teman-temanku dia sakit. Saat dia menemuiku beberapa hari kemudian dia terlihat sangat kuyu dan tak bersemangat matanya agak sembap tapi dia bilang dia tak apa-apa. Aku mencoba menyemangatinya. Dia selalu bertanya padaku apa aku masih menyukai A1, laki-laki masa SMAku. Apa yang membuatku jatuh cinta padanya, aku jawab, aku tak tau mengapa aku menyukainya sampai saat itu. Dia hanya mengangguk, lalu dia bilang ada yang perlu kami bicarakan sebentar. Tapi aku menolak ajakannya,aku bilang aku ada janji dengan salah satu temanku dan harus segera pulang.
Dia menyerah, berapa lama kemudian kami tak lagi saling terhubung. Dia dekat dengan wanita lain yang pasti mencintainya, rela melakukan apapun untuknya, rela berbagi dengan dia. Bukan seperti aku yang terus menerus menghancurkan hatinya, dan pada akhirnya aku harus menyesal kemudian bersyukur dengan apa yang aku miliki sekarang, melihat dia bersama wanita yang membuatnya terus tersenyum. Aku adalah bagian dalam hidupnya yang mengajarkannya cara untuk ikhlas dan dia adalah bagian dalam hidupku yang mengajarkan aku untuk tidak menyia-nyiakan orang yang mencintai dengan tulus.
A4. Laki-laki masa KKLku, seorang vocalis band. Aku malas menuliskan kisahnya karena kalian bisa membaca kisah bagaimana aku dapat mencintai laki-laki itu di postingan blog ini saat pertama aku memulai menulis di blog ini.
A5. Laki-laki yang sekarang membuatku bersemangat dalam menjalani setiap tantangan dalam hidupku, membuatku tertawa riang di akhir masa kuliahku sampai hari ini. Dia adalah sebagian semangatku saat ini. Orang yang rela membuatku menunggu, melakukan apapun untuknya. Semoga kisah ini tak serumit hubunganku dengan laki-laki dengan inisial A seperti sebelumnya. Kalian dapat membaca kisahnya diseparuh bagian dari blog ini, "Hipnotis", "Tiga Detik", dan ada beberapa lagi yang aku tuliskan tentangnya hanya saja aku lupa.
Nama dengan inisial A selalu mewarnai hidupku, memberikan banyak arti dan pelajaran membuatku semakin menikmati hidup ini. Terima kasih untuk kalian yang telah mewarnai hari-hariku, membuat aku lebih semangat setiap harinya bahkan ketika kalian kecewakanku, aku masih sanggup tertawa dan berkata tak apa, semua akan baik-baik saja. Terima kasih, tak sempat aku ucapkan saat kita bersama dulu.