Jakarta, 18 Maret 2015
Aku anak baru di sini, belum
mempunyai teman. Beberapa anak membuat kelompoknya masing-masing untuk berbagi
cerita, berdiskusi ataupun berbagi bekal. Aku duduk sendiri di belakang kelas,
sambil memandang gadis-gadis yang sedang bersenda gurau. Seorang gadis melirik
ke arahku mungkin karena merasa diperhatikan. Ia tersenyum manis.
Gadis itu sungguh manis, ia juga
seorang periang yang disukai oleh banyak laki-laki di sekolah ini. Aku dengar
dia sangat baik hati. Ya, itu terbukti kemudian saat dia menyapaku di kantin.
Kami mengobrol tentang banyak hal. Darimana asalku, alasanku pindah ke sekolah
ini. Percakapan kami di kantin membuat aku dekat dengannya.
Semakin hari ia semakin baik
padaku, ia selalu tersenyum dan membuatku tertawa karena tingkah konyolnya. Tak
aku sangka gadis semanis itu bisa bertingkah konyol juga.
Hari ini aku meminjamkannya buku
kesenian katanya bukunya hilang entah kemana, aku senang dia butuh bantuanku.
Kami membaca buku bersama, kami bisa lebih dekat dan lebih akrab berkat buku
itu.
Kemarin ia sangat membantuku, ia
menemaniku sepanjang hari karena kacamataku pecah saat aku tidur di kelas.
Seseorang mungkin tak sengaja menjatuhkannya dan kemudian terinjak sampai
pecah. Ia menemaniku seharian karena aku tak mampu melihat dengan jelas. Aku
sangat berterimakasih padanya.
Jakarta,
30 Maret 2015
Hari ini ia mengajakku menonton di
bioskop dekat sekolah. Aku berdebar-debar seharian, aku tau aku sedang jatuh
cinta pada gadis itu. Ia bilang ini sebagai perayaan kesuksesannya mendapat
nilai sempurna saat ujian. Ia akan traktir nonton dan makan. Aku bahagia sekali
bisa mengenalnya.
Dari perasaan bahagia itu tiba-tiba
aku sadar akan satu hal ia sangat baik, cantik dan pintar. Tiba-tiba hatiku
mengkerut, minder dengan kenyataan bahwa tak mungkin aku menjadi kekasihnya
sedang di luar sana banyak laki-laki yang mengejarnya. Aku tak boleh berharap
banyak. Kemarin-kemarin aku mulai banyak meninggalkannya karena aku tak ingin
rasa ini tumbuh semakin dalam. Aku mencoba untuk tahu diri.
Tapi aku tak bisa berhenti
memikirkannya, cerita tentang ia menolong siswa kelas sebelah yang kehilangan
dompetnya, mengembalikannya walaupun uang dalam dompet itu sudah raib. Ia juga
menolong teman sekelas kami yang mengalami kesulitan keuangan, ia meninjamkannya
dengan senang hati terus menggaung dalam telinga.
Benar-benar gadis yang baik.
Seharusnya mereka bersyukur mempunyai teman seperti itu.
Jakarta, 4 April 2015
Gadis itu jatuh dari tangga, aku
sungguh mengkhawatirkannya. Sebelumnya, ia mengantarku pergi ke UKS karena
perutku panas terbakar selesai makan siang. Ini semua salahku tak mematuhi
aturan dokter yang melarangku makan-makanan pedas.
Aku bersyukur karena ia ada di
dekatku, tertidur lelap.
*****
Jakarta,
17 Maret 2015
Ada siswa baru di sekolah kami, ia
sungguh manis. Aku berharap ia terus memperhatikanku. Aku tahu ia sedang
kesepian karena belum mempunyai teman, aku tersenyum padanya. Aku pikir aku
menyukainya dan mencoba mendekatinya.
Aku
tipe periang maka aku mudah mendapatkan teman. Aku juga selalu berusaha
menjadi seorang gadis yang baik hati. Aku harap aku lebih banyak mendapat
perhatian dari orang-orang di sekitarku. Aku butuh itu untuk pengakuan bahwa
aku memang gadis yang baik.
Hari ini aku menyapanya di kantin,
memulai pembicaraan kami dengan sekedar basa-basi seputar kepindahannya di
sekolah ini. Ia bicara banyak dan aku senang ia begitu. Dengan begini kami bisa
semakin akrab.
Untuk membuat kami semakin akrab
aku memecahkankan kacamatanya, dengan begitu kami bisa saling dekat dan akrab.
Aku menawarkan bantuan untuknya. Ini penting karena dengan begitu aku bisa
seharian bersamanya, ia akan membutuhkanku. Aku hanya ingin menjadi gadis yang
baik untuknya.
Aku bertingkah konyol hanya untuk
membuatnya tertarik padaku, dia tersenyum lebar dan tertawa terpingkal-pingkal
karena mendengar leluconku. Aku bahagia melihat ia tertawa.
Aku akan meminjam buku keseniannya
besok hari, dengan alasan bukuku hilang entah kemana. Dengan begitu kami bisa
membacanya bersama-sama, ia akan ada di sisiku. Kami bisa dekat, kami bisa
bicara banyak dan aku dapat menatap wajahnya lamat-lamat. Aku menyukai itu, aku
harap ia juga sama.
Jakarta, 29 Maret 2015
Aku mengajaknya pergi ke bioskop
besok dan ia mau. Menraktirnya makan dan nonton film. Aku benar-benar tak sabar
menantikan esok hari. Ia turut bahagia dengan keberhasilanku mendapat nilai
sempurna. Aku jadikan itu alasan untuk mengajaknya pergi. Hanya berdua.
Romantis sekali.
Tiba-tiba aku takut kehilangan dia.
Akhir-akhir ini ia mulai mendapat teman, ia sering meninggalkanku untuk pergi
dengan teman-temannya. Aku sedih. Aku ingin ia juga menghabiskan waktunya
bersamaku. Benar-benar takut. Aku takut tak bisa menjadi gadis yang baik
untuknya, menjadi yang pertama hadir saat ia kesulitan. Aku takut tak bisa
menjadi yang terus di sisinya.
Aku mengajaknya pergi karena kebetulan
tadi teman sekelasku mengembalikan uang yang dipinjamnya beberapa waktu yang
lalu. Aku meminjamkannya dengan senang hati kepada temanku yang kesulitan.
Sebelumnya aku mengambil dompet siswa kelas sebelah yang sedang berganti
pakaian olahraga dan aku mengembalikannya setelah sebelumnya aku ambil seluruh
uangnya. Aku tak suka ia memamerkan hartanya di depan siswa lain sementara
teman sekelasku sedang kesulitan ekonomi, aku hanya ingin menjadi gadis baik
yang mengajarkannya arti kehilangan walaupun ia masih bisa merengek minta uang
pada ibu bapaknya. Tapi setidaknya ia bisa mempelajari satu hal dari kejadian
itu.
Aku suka menolong temanku yang
kesulitan, ia tampak bahagia sekali mendapat pinjaman uang dariku. Aku juga
bahagia telah menjadi gadis yang baik untuk banyak orang bukan hanya kepada
laki-laki itu.
Aku akan terus berusaha untuk
menjadi gadis yang baik.
Jakarta
4 April 2015
Aku tahu laki-laki itu tak bisa
makan-makanan pedas, tapi aku mengajaknya makan-makanan pedas saat istirahat
makan siang. Beruntung ia menyanggupinya. Aku begini karena hanya ingin ada di
sampingnya, merawatnya dengan sepenuh hati saat ia sedang sakit. Menjadi yang
terus disisinya dalam keadaan apapun, tapi ia mulai sering meninggalkanku. Maka
hal ini harus aku lakukan agar ia tetap dekat denganku, agar ia tahu bahwa aku
benar-benar peduli padanya.
Aku memapahnya ke UKS selesai makan
siang karena ia merasakan rasa panas terbakar di perutnya. Aku selalu ada
untuknya, aku memapahnya sambil berusaha menenangkan laki-laki itu, membuat ia
lupa rasa sakitnya. Aku menemaninya sampai bel istirahat dibunyikan, artinya
aku harus kembali ke kelas. Tapi aku tak mau kehilangan saat-saat seperti ini.
Ia juga menyuruhku kembali ke kelas. Aku berat hati menurutinya.
Aku benar-benar dilema, ia sedang
terbaring sakit.
Ah, tidak dia bahkan sering
meninggalkanku.
Hanya aku yang terus memikirkannya.
Aku juga ingin ia sama khawatirnya
seperti aku.
Tapi aku tak butuh alasan itu, aku
hanya ingin ia terus di sampingku.
Tapi cinta bukan hanya perjuangan
satu orang saja. Aku ingin ia mencintaiku juga, aku ingin ia mengkhawatirkan
aku juga.
Tapi
aku hanya butuh ia di sampingku, aku hanya butuh ia tetap bersamaku.
Di
anak tangga ke-17, aku menjatukan diriku. Agar aku bisa bersamanya,
menghabiskan seharian penuh bersamaku. Tanpa siapa-siapa. Hanya kami berdua. Aku
tersenyum sebelum semuanya menjadi gelap.
Akhirnya
aku tau, ia juga mengkhawatirkanku. Ia peduli pada gadis ini. Ia bilang, aku
gadis yang sangat baik. Bahagianya.....
*****
Jakarta, 5 April 2015
Akhirnya
aku tau, ia peduli padaku. Aku katakan padanya, bahwa ia gadis yang sangat baik
dan ia tampak bahagia lebih dari biasanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar