Rabu, 09 Maret 2016

Pertemuan

Kemarin, aku kembali bermimpi tentangmu. Kita duduk berdua membicarakan apapun yang pernah terlewatkan. Tapi ada yang berubah, sorot matamu. Tak lagi hangat, tak lagi menatap mataku. Walaupun kita berdekatan tapi ada jarak yang rasanya jauh sekali.
Kemarin aku berjalan bersamamu, tak lagi bergandengan tangan di tempat yang pernah kita kunjungi dulu. Kita berjalan masing-masing dan sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri. Kamu rasanya begitu jauh walau hanya berjarak kurang dari setengah meter dariku. Ada tembok yang menghalangi kita, mungkin egoku atau egomu, jangan-jangan ego kita berdua.
Pertemuan kita rasanya terlalu hambar, nyaris selewat seperti mimpi biasa. Aku yang menekan perasaanku sekuat mungkin terhadapmu hanya untuk membuat kamu tetap merasa nyaman saat kita duduk semeja. Kamu tau? Aku selalu sengaja berjalan di depanmu hanya karena tak mampu lagi melihat punggungmu. Tak kuat jika harus terkenang semua yang menjadi identitasmu.
Aku berusaha sekuat mungkin terlihat biasa, bersikap wajar di depanmu.
Kamu harus merasa nyaman.
Kamu harus tetap tersenyum kepada yang lain, tak perlu kepadaku. Itu hanya membuat hatiku semakin terbakar karena aku belum bisa bersikap wajar. Kamu tak perlu tersenyum kepadaku karena kamu hanya akan membangunkan mimpi-mimpiku kembali, aku telah bersusah payah menguburnya.

Senyummu yang kemarin masih membekas, aku harap itu menjadi pertemuan kita yang terakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar