Rabu, 27 Mei 2015

Perkara Cinta



Apa cinta cuma perkara tentang berdebarnya hati kepada seseorang? Bagaimana dengan orang yang membuat kita nyaman tapi tak pernah membuat berdebar? Apa itu perkara cinta juga?
Bagaimana dengan perkara orang yang menyenangkan dan membuatmu tertawa seharian tapi sekaligus membuatmu menahan marah karena ia menyebalkan? Bagaimana dengan orang yang membuatmu merasa tak penting tapi membuatmu ingin waktu berjalan lambat?
Apa cinta Cuma perkara tentang hidup bersama dan saling melontarkan panggilan sayang? Itu tak penting bukan?
Lalu bagaimana dengan orang yang hanya memanggil namamu saja tapi membuatmu ingin terus bersamanya? Bagaimana dengan kami yang saling melontarkan kata kasar lalu menertawainya sampai keluar air mata?
Apa cinta Cuma untuk saling mencintai? Bukan untuk salah satunya memendam dan satunya asik dengan hidupnya sendiri? Bukan untuk yang satu asik memperhatikan dan yang satunya sibuk tak merasa?
Bagaimana?
Tapi, cinta itu bebas kan?

Hipnotis



Kemarin, adalah hari yang menyenangkan sekaligus menyebalkan untukku. Aku kecewa karena menunggu terlalu lama, aku kesal dengan dosenku sendiri. Hal yang menyenangkan adalah ketika bermain uji kefokusan dengan teman-temanku. Awalnya aku menduga bahwa aku tidak akan bisa fokus. Aku tidak akan bisa mendengarkan sugesti dengan baik. Aku terlalu sering melamun dan hilang konsentrasi.
            Tapi ternyata aku bisa melakukannya, walaupun pada saat diberikan sugesti bersama teman-temanku, aku gagal melakukannya. Namun, untuk yang kedua kalinya aku berhasil melakukannya. Dari video aku tahu bahwa aku dibuat seperti anak kecil, lupa angka 5 dan 7, dan lain sebagainya. Entah apa, aku tak ingat itu.
            Aku merasa seperti orang bodoh saat dihipnotis seperti anak kecil, tiba-tiba aku ingat teman-teman SDku lagi. Padahal selama ini yang aku ingat hanya Fitri dan Arji. Fitri memang tak akan bisa aku lupakan karena dia adalah teman sebangkuku selama bertahun-tahun. Walaupun sudah tidak ada kontak lagi semenjak aku lulus SMP, ia pindah entah kemana.
            Kemudian, sosok Arji adalah salah satu yang juga sulit dilupakan karena dia adalah teman yang duduk tepat di sampingku dibeda kolom. Sosok Arji yang selalu ingusan, membuat aku tidak akan lupa sosoknya. Walaupun sekarang dia sudah berubah menjadi sosok pemuda tampan, tapi tetap saja yang selalu aku ingat darinya adalah sosoknya yang selalu ingusan dengan saputangan penuh ingus berwarna hijau seperti cendol. Iyaks, yang aku ingat ketika ia menghapus tulisan dengan ludah dan meminum air kepunyaanku. Aku marah besar dan menangis sejadi-jadinya karena perasaan jijik langsung aku buang botol minumanku. Lucu memang, aku tiba-tiba ingat teman-teman SD aku dapat merasakan suasana kelasnya sampai detik ini.
            Setelah hipnotis itu, memang perasaanku menjadi ceria badanku seperti ringan. Walaupun dampaknya aku tak bisa tidur semalaman bahkan sampai detik ini. Entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal perasaanku, membuat aku berpikir semalaman. Jantungku berdebar tak karuan, padahal sejak lama aku tak merasa deg degan setelah satu tahun yang lalu aku aku jatuh cinta pada seseorang.
            Ada banyak pertanyaan yang mengganjal. Ada hal yang harus aku pertanyakan pada seseorang. Tiba-tiba aku seperti melambung dan mengingat semua. Hal-hal yang tak sengaja aku lupa dan terpaksa aku lupakan muncul kembali di dalam kepalaku. Perasaan sedih, marah, kesal dan kecewa yang aku pendam selama bertahun-tahun mendadak membuat aku meledak tak tahan lagi. Aku menangis sampai mataku bengkak. Perasaan ini sangat aneh, aku belum pernah seperti ini sebelumnya.
            Bertahun-tahun aku memendam berbagai macam perasaan, aku lupakan semampuku aku hidup dengan kenangan yang tersisa. Tapi semalam seolah semuanya muncul secara bergantian, kenangan ketika aku kecil yang tak pernah aku ceritakan siapapun. Mulai beranjak dewasa sampai kejadian setahun kemarin. Silih berganti muncul dalam pikiranku.
            Sejak kecil memang aku sering memendam sesuatu karena aku tidak tahu harus bercerita pada siapa, terkadang ibu dan ayahku pergi selama berbulan-bulan. Aku tinggal dengan bibi, ketika aku rindu dengan dengan kedua orang tuaku aku Cuma bisa memendam sampai bertemu kedua orang tuaku. Tak ada kontak untuk telepon ataupun kirim surat. Cuma rindu saja, aku sering bertengkar dengan sepupuku dulu tapi tak ada yang membelaku. Aku iri ketika teman-temanku dijemput saat hujan oleh orang tuanya, tapi aku cukup bahagia saat berlari mandi hujan bersama teman-temanku yang laki-laki.
            Aku sering beralasan sedang sakit jadi tak perlu datang ke sekolah, padahal aku memang sedang tak ingin pergi sekolah karena rindu pada orang tuaku. Aku Cuma ingin tidur yang lama, karena aku merasa kesepian. Tiba-tiba aku ingat semua kenanganku tentang rindu. Sebelum aku merasa sakit karena memendam rindu pada orang yang membuatku jatuh cinta aku telah terbiasa memendam rindu pada orang tuaku.
            Aku ingat ketika aku marah pada ibuku dan aku merasa bahwa aku mampu hidup sendiri, selama aku tinggal dengan bibi aku terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah. Pagi-pagi aku akan mengisi bak air untuk mandi, mencuci piring setelah sarapan, mencuci pakaianku sendiri menyiapkan keperluan sekolahku sendiri, segalanya aku lakukan sendiri. Aku marah pada ibuku kenapa ibu tak membiarkan aku hidup sendiri, membiarkan aku tinggal di rumah sendirian. Aku pikir hidup itu mudah dan aku tak perlu siapapun ketika itu. Pada akhirnya aku bisa hidup sendiri ketika kelas 3 SMP.
            Banyak hal yang tak aku ungkapkan kepada siapapun. Ketika aku kecewa kepada ibu yang tak datang keacara kelulusanku, aku sedih ketika namaku dipanggil naik ke atas podium menerima penghargaan tapi tak ada orang yang melihat aku bangga. Aku benar-benar kecewa ketika aku mendaftar SMA dengan pamanku, aku kecewa ketika aku dirawat di Rumah Sakit tapi tak ada yang menjengukku, tak ada yang menemani aku di Rumah Sakit, aku makan sendiri tak ada yang memperhatikan karena semua sibuk pada urusannya masing-masing. Saat itu aku merasa kecewa dengan hidupku, tak ingin hidup lagi. Aku menangis menelan mentah-mentah rasa kecewa tersebut tak ada yang bisa aku ceritakan kepada siapapun. Aku selalu memilih agar aku melupakan segalanya secara paksa.
            Aku menangis semalam karena kenangan yang tak pernah ingin aku ingat, walaupun rasanya lega karena aku mengeluarkan semua yang aku pendam tapi tetap ada perasaan mengganjal. Aku ingat semua setelah menangis, kami duduk di Jajanan BNI menunggu pacar dari salah satu temanku. Kami bermain uji kefokusan, lalu aku gagal, dan berhasil kemudian. Aku dihipnotis, melakukan hal yang disugestikan. Awal tersadar dari hipnotis aku tak ingat apapun selain sugesti awal yang diberikan.
            Kemudian ketika sampai di rumah, aku mulai berpikir hal baru saja terjadi. Aku mulai ingat kilatan lampu flash, aku ingat garis tangan pacar temanku. Hanya saja tak ingat yang aku lakukan. Tapi setelah aku menangis aku mulai mengingat semua dengan jelas. Saat kami main uji kefokusan, kami gagal, aku dijadikan ‘korban’, aku disugestikan. Aku ingat dengan jelas. Pertama-tama aku dibuat lupa nama sendiri, lalu aku lupa dengan angka 5 dan 7, aku diajak kembali ke masa 6 tahunku. Aku ingat mereka mengerjaiku, aku ingat aku tak kenal teman-temanku asing dengan kampusku sendiri.
            Hal terakhir yang disugestikan adalah, mengenai teman-temanku. Apakah aku menyukai seorang yang ikut bermain bersama kami dan aku jawab ‘tidak tahu’ kemudian dia bertanya hal yang sama dan aku jawab mungkin ‘mungkin’. Aku menjawab karena aku memang sedang dalam kendaliku, aku mengendalikan apa yang ingin aku katakan dan dari semua kejadian hal itulah yang aku ingat pertama kali. Aku menjawab tidak tahu dan mungkin karena memang aku tak tahu apa yang aku rasakan kepada laki-laki itu, mungkin benar aku menyukainya mungkin juga aku hanya merasa nyaman bersamanya. Kepribadiannya yang menyenangkan memang membuat siapapun akan nyaman di dekatnya, yang aku tahu pasti saat ini aku benar-benar nyaman bersamanya walaupun dia agak menyebalkan.

Kamis, 07 Mei 2015

Lalu, Aku Bisa Apa?

Lalu aku harus apa ketika kau diam-diam memandangi jendela tiap malam. Memandang bulan. Entah wajah siapa yang muncul dalam benakmu. Aku terlalu bodoh jatuh cinta pada orang yang hatinya entah milik siapa. Aku tak mau mengulangi kebodohan ini untuk kesekian kali.
Lalu aku bisa apa, ketika aku sering diam-diam memandangimu. Berusaha membaca hatimu, berusaha masuk dalam jiwamu yang entah sedang sibuk dengan apa. Setengah jam lalu kau membuatku tertawa lepas, bahagia dengan hidupku. Lalu, setengah jam kemudian kau buat aku harus bertahan menahan tangis karena tak tahu harus berbuat apa untuk selalu tertawa bersamamu.
Aku hilang akal ketika begini.




Orion

Bagaimana jika mulai hari ini aku memberikan sebuah nama bintang padamu.
Untuk melepas kesunyianmu yang cuma pura-pura bahagia.
Hiburanmu satu-satunya cuma memandang malam, bukan?
Ya, akupun tau bagaimana rasanya menjadi kamu.
Sebab aku sendiripun begitu.
Hanya menjadi bayang-bayang.




Bu?

Bu, aku rindu pada rumah kita di tepi sungai.
Tempat aku menyambut setiap perahu yang lewat, mana tahu ada Ayah di sana.
Bu, mengapa aku terlalu dekat dengan kehilangan?
Mengapa sejak kecil aku selalu kehilangan orang-orang yang aku cintai?
Apa aku dirancang untuk selalu terluka?
Bu, cukup sudah aku menangis waktu kecil karena rindu dengan Ayah yang tak akan pulang.
Harusnya aku sudah biasa ya, Bu?
Tapi mengapa aku masih saja menangis karena kehilangan.
Katamu setan masuk sebab ketakutan kita sendiri.
Apa aku menangis karena aku kemasukan setan? Sebab aku memang merasa takut.
Kehilangan lagi dan lagi.