Ini
aku ketika usiaku 23 tahun, aku akan ceritakan pada setiap orang bahwa hidupku
bahagia. Aku punya cinta yang cukup, kasih sayang yang banyak dan perhatian
yang melimpah. Aku tak peduli berapa usiaku sekarang dan berapa banyak waktu
yang tersisa. Toh, bisa mencapai usia sekarangpun aku sudah sangat bersyukur
mengingat aku yang dulu sekarat.
Beberapa
kali aku jatuh, terjerembab dengan wajah yang menghantam tanah terlebih dahulu
yang membuatku malu pada diriku sendiri, tamparan, cerca dan makian aku terima.
Tapi, aku berusaha untuk tetap berjalan lurus sesuai arahku walaupun terkadang
jalan yang aku lalui rasanya terlalu terjal tapi pemandangan kiri dan kanan
jalanku rasanya indah, sering sekali aku berhenti sebentar, ingin menyerah
untuk berhenti saja di sisi jalan menikmati apa sudah aku lalui karena rasanya
sudah tak sanggup lagi berjalan mendaki.
Lagi
pula aku sangat bahagia mempunyai keluarga yang menyayangiku, teman-teman yang
peduli padaku, walaupun jumlahnya tak banyak tapi mereka yang selalu pertama
hadir ketika aku terpuruk, mengusap air mataku dan berkata “Ayo kita lalui ini
bersama.”
Hidupku
sangat bahagia, karena aku hampir tak pernah jauh dari orang tuaku. Aku bisa
melihat mereka setiap hari, mengamati rambut mereka yang perlahan memutih dan
keriput yang mulai bermunculan. Aku senang mereka bisa memantau perkembanganku
setiap harinya, perubahan-perubahan kecil dariku yang perlahan dewasa tak
pernah luput dari mereka.
Aku
bahagia punya keluarga kecil yang selalu ramai setiap harinya dengan
pertengkaran-pertengkaran kecil di dalam rumah kami yang mungil sebagai
dramanya. Aku sungguh bahagia punya adik-adik kecil yang menyayangi kakaknya
sepenuh hati.
Tak
peduli lagi saat orang-orang menertawakanku, mencelaku dengan sebutan tak
pantas. Aku selalu bangga menjadi diriku sendiri. Aku tak peduli apa kata
orang. Aku hanya bisa bersyukur atas nikmat tak terkira ini dan selalu bahagia
menjadi diriku sendiri.