Kamis, 25 Desember 2014

Pengagum Rahasia?! Hmm..

Seharusnya dunia ini begitu indah.
Seharusnya hidupku ini penuh bermakna.
Takkan gundah jiwaku bila kau bersamaku.
Takkan perih batinku ini, bila kaupun milikku.
Seharusnya dunia ini.
Milik kita berdua.
Aku teringat akan lirik lagu itu, ketika tanpa sengaja aku menyenandungkannya sambil terus mengetik lembar demi lembar sepersi. Dulu lirik lagu itu pernah dituliskan seseorang untukku, aku menemukannya di lembar buku catatanku. Entah siapa yang menyelipkannya di sana. Aku tak pernah tahu sampai hari ini.
Harus aku sebut apa orang yang menyelipkan lirik lagu itun di sana. Apa harus aku sebut sebagai pengagum rahasiaku? Hehehe. Kepedean ya?! 6 tahun berlalu, setelah aku menemukan lembaran lirik lagu itu. Aku masih belum mengetahui siapa dia. Mungkin ia telah lupa denganku. Kadang aku suka berandai, seandainya aku tahu siapa pengagum rahasiaku itu. Aku harus bertindak apa? Aku harus berekspresi bagaimana? Tiba-tiba aku menggila.
Tapi saat aku kelas 9 SMP, aku pernah mendapat kiriman coklat dari seseorang. Sayangnya beberapa bulan sebelum kami lulus. Aku mengetahui siapa orang yang mengirimiku coklat di hari valentine. Katanya ia mengagumiku sejak kami kelas 7 dulu. Ia sering diam-diam menatapiku saat di kantin. Diam-diam mencuri pandang saat kami baris sejajar saat upacara. Dia hapal semua rutinitasku, ia tahu bahwa aku dulu pernah memenangkan lomba melukis. Dia tahu bahwa aku sangat suka menyanyi namun selalu gugup jika bernyanyi di depan orang lain. Dia sering mengunjungi kelasku dengan alasan ingin mengajak temannya makan bersama. Tanpa sedikitpun aku tahu dan merasa bahwa dia diam-diam memperhatikanku.
Barulah saat kelas 9 kami dipertemukan dalam kelas yang sama. Ia buru-buru menempati kursi di depanku. Agar bisa mengajakku bicara. Namun sayangnya, wali kelas kami menyuruhnya pindah ke barisan lain. Karena kami sering buat ulah di kelas. Sering mengobrol saat jam belajar sedang berlangsung.
Aku tidak menyangka bahwa ia mengagumiku semenjak kami kelas 7, padahal aku tak pernah sedikitpun tahu siapa dia. Dan aku sangat menyukai caranya mengagumiku.
Lalu pada saat aku SMA, aku mendapatkan coklat (tapi aku tak bisa menyebutnya sebagai pengagum rahasia, karena jelas-jelas ia menggombaliku di depan banyak orang sampai aku ingin muntah jika ia meneruskannya di telpon.) dan sebuah puisi. Dia mahasiswa IKJ yang sampai hari ini sepertinya belum lulus. Tapi aku masukkan ke daftar pengagum rahasiaku (yailah. Bodo amat ah. Dibilang kepedean) karena awalnya ia malu-malu. Diam-diam memperhatikanku. Sampai akhirnya tanpa malu-malu lagi, ia mendekatiku dengan sejuta rayuan maut dan puji-pujian. Bukannya membuat hatiku luluh, aku malah keburu ilfeel terhadapnya. (Maaf Kakak)
Ada pula yang setiap malam menelponku dengan nomor yang sama, atau paling tidak nomor itu mengirimkan sms yang berbunyi. “Aku sangat menyayangimu. Namun aku tahu ini sangat tidak mungkin.” Selalu sama isi sms yang dikirimkan nomor itu. Pernah aku balas smsnya, namun tidak dibalas. Aku pernah menelpon nomor itu, namun tidak diangkat. Karena merasa risih, akupun mengganti nomor handphoneku.
Saat semester satu dulu, aku pernah menemukan sekuntum mawar merah di tasku. Entah dari siapa itu. Aku baru mengetahui bahwa ada bunga mawar di tasku ketika aku sedang mencari uang. Akupun langsung digoda oleh supir angkot yang aku naiki. Katanya, “Ada yang kesengsem tuh sama Neng. Ah, cupu banget tuh orang. Kalo Mamang mah langsung tebak, beres. Mau diterima. Ditolak. Bodo amat. Yang penting mah hati lega. Kagak usah ayam-ayaman gitu.” Aku masih tidak mengerti arti dari ayam-ayaman. Aku Cuma tahu arti dari kucing-kucingan. Mungkin sama kali ya.

Bunga mawar itu aku simpan sampai menghitam, sebelum akhirnya dibuang oleh ibuku. Aku sudah tidak lagi mendapatkan coklat, puisi atau bunga mawar seperti dulu. Mungkin, aku sudah tidak lagi memiliki pengagum rahasia. Dan sekarang, aku menjadi pengagum rahasia untuk orang lain. Setiap orang pasti memiliki pengagum rahasianya masing-masing. Aku sudah memilikinya sewaktu dulu. Namun, terkadang aku sering merasa bahwa diam-diam ada yang memperhatikanku. tapi, enggan mencoba untuk dekat. Ah, mungkin aku terlalu perasa saja.