Minggu, 30 November 2014

Mata, Cinta, dan Logika



Bagaimana rasanya dikelilingi oleh tatapan mata tajam yang terus mengintimidasimu. Membuatmu merasa serba salah. Kadang kamu merasakan ada yang aneh dari tatapan-tatapan itu. Bukan tatapan tidak suka atau tatapan orang yang jatuh cinta padamu. Tatapan ini berada di tengah-tengah, mereka seperti ingin membunuhmu. Apakah kalian pernah merasakan itu?

Tatapan-tatapan itu selalu lebih lama dari tatapan mata orang pada umumnya, lebih dari 8 detik sebelum mereka menoleh atau berkedip. Aku tak merasakan adanya perasaan benci atau merendahkan dari tatapan-tatapan itu, namun mereka langsung menusuk tepat di mataku. Membuat aku merasa terintimidasi dan kadang serba salah memahami tatapan itu. Apa ada yang aneh denganku, hingga mereka menatapku seperti itu?

Terkadang aku memilih untuk menunduk dan menyerah pada tatapan-tatapan itu. Namun, Aku pernah melihat seseorang yang menatapku lebih dari 8 detik menatap dengan tatapan mata yang kuat dan tajam, namun yang aku rasakan dari tatapan itu adalah perasaan tenang dan damai. Aku seperti tenggelam dalam bola matanya. Setelah itu aku hanya bisa menunduk, bingung. Aku tak pernah lagi mau membalas tatapan matanya. Aku merasakan ada hal lain dari tatapan mata itu, yang tak diketahui siapapun.

Tak pernah ada isyarat ‘aku menyukaimu atau aku membencimu’ dari tatapan mata itu. Ada hal yang terasa mengambang, ada perasaan ragu, malu dan takut dalam tatapan mata itu, tapi selalu ada rasa damai di dalamnya. Itulah tatapan mata yang selalu aku sukai, dari semua mata yang memandangku seperti itu. Matanya bulat besar dan bening. Seperti kristal, mungkin karena mata itu selalu ia basahi setiap hari. Wajahnya tidak putih, namun tak pernah tampak kusam. Wajahnya selalu terlihat bercahaya dan lembab. Aku sangat iri dengan kulitnya yang selalu tampak bersinar dan lembab, mungkin juga ia sangat lembut ketika disentuh.

Mungkin kalian akan berpikir bahwa aku menyukai laki-laki itu, bahwa ia adalah laki-laki yang selalu aku doakan setiap hari. Bukan, bukan sama sekali. Aku tak pernah mendoakannya, aku juga tak pernah mengharapkannya hadir dalam mimpiku. Namun, entahlah ada hal-hal yang tak bisa aku mengerti mengapa aku tak mampu membalas tatapan mata itu. Walaupun, tak pernah sedikitpun hatiku bergetar melihatnya. Aku sangat mengenal diriku sendiri, aku takkan mampu membalas tatapan mata seseorang apabila aku takut, malu, atau merasa bersalah. Tapi, tak ada satupun dari hal itu yang aku rasakan hingga tak mampu membalas tatapan matanya. Entah mengapa, aku selalu memilih menghindar.

Laki-laki yang membuatku jatuh cinta selama ini, hingga membuatku gelisah setiap saat tak mempunyai tatapan mata dan tak pernah menatapku seperti itu. Tatapan matanya selalu keruh dan kulitnya selalu tampak kusam walaupun ia memiliki kulit yang cukup putih untuk seorang laki-laki, mungkin karena ia tak pernah membasahinya seperti laki-laki bermata bening tersebut. Wajahnya selalu tampak layu dan lesu walaupun sedang tersenyum, tatapan matanya selalu lemah dan kadang terlihat kosong walaupun ia sedang tertawa bersama teman-temannya. Kadang aku merasa ia seperti cangkang tanpa penghuni. Namun, entah apa yang membuat aku sangat mencintainya.

Bukan aku membandingkan mereka, aku hanya ingin berpikir secara logika. Seharusnya jika aku bisa berpikir menggunakan logikaku, aku akan jatuh cinta pada laki-laki bermata bening itu. Harusnya hatiku akan bergetar setiap kali ia menatapku, dan seharusnya ia membuat aku malu dan salah tingkah setiap kali mata kami tak sengaja bertemu. Seharusnya seperti itu.

Namun kenyataannya, tatapan mata yang membuatku jatuh cinta selalu membuatku malu dan salah tingkah walaupun ia hanya melihatku sekilas dengan tatapan kosong dan tak acuh. Terkadang aku berpikir untuk berhenti seperti ini, mencintai diam-diam, mengaguminya sepanjangan tanpa ia tahu bahwa aku diam-diam memikirkan apa yang ia sedang lakukan, mengulang setiap adegan saat mata kami tak sengaja bertemu. Tapi aku sangat tahu, bahwa aku takkan bisa berhenti dan lebih dari ini. Aku sangat mengenal diriku, ketika hatiku memilih maka pikiranku akan meminta. Terkadang aku merasa sangat bodoh, karena beberapa kali menyia-nyiakan laki-laki yang datang memintaku. Dan memilih untuk terus mencintainya diam-diam. Tapi, aku menegaskan diriku kembali. Bahwa hatiku tak pernah memilih mereka sehingga pikiranku juga tak akan meminta untuk memikirkan mereka. Hatiku belum memilih berhenti dan pikiranku belum meminta agar aku berhenti memikirkannya.

Begitu rumitnya konstruksi batin manusia, mereka tak akan pernah berkoordinasi jika hati tak pernah memilih. Logika tak mampu menjelaskan betapa rumitnya cinta, yang lebih kompleks dari masalah apapun. Kenyataannya, logika tak banyak berperan dalam hal cinta. Ada hal yang tak pernah bisa dipecahkan oleh logika, misalnya: Mengapa aku harus jatuh cinta pada si A padahal aku sangat tahu bahwa dulu si B sangat mencintaiku, namun aku abaikan. Dan si C jatuh cinta setengah mati pada B dan A jatuh cinta pada si C, namun akhirnya B dan C menjalin hubungan, dan sudah cukup lama. Sedangkan aku dan A, ya Cuma begin-begini saja. Tak pernah ada kemajuan. A bingung harus bagaimana karena aku bukan yang diinginkannya, yang ia inginkan Cuma si C. Aku dan B tetap berteman, hingga sekarang. Lalu, datang si D dan E yang datang padaku, dan berkata bahwa mereka menyukaiku. Namun, aku abaikan mereka. Lalu datang F yang sering terlihat diam-diam sedang memandangiku. Dan A yang terus modus kesana kemari, mencari sandaran hati kadang membuat aku cemburu setengah mati. Padahal tak ada apa-apa di antara kami. Lalu, teman baikku. Si G yang selalu memberikanku tatapan teduh penuh makna dan diam-diam memperhatikan segala yang terjadi padaku, namun ini hanya sekedar pertemanan. Aku dan G sering menghabiskan waktu bersama, sampai-sampai si D, E dan F, menyangka bahwa kami berpacaran. G menyukai gadis bernama H, dan H berpacaran dengan I. Ada orang lain yang menyukai H bernama J, G dan J akhirnya bersaing merebut perhatian H. Padahal J sudah mempunyai pacar. Teman-teman G tidak menyukai G bersaing dengan J untuk mendapatkan hati H, apalagi sampai saling menjelekan. Karena teman-teman G menyukai J. Jadi karena merasa kami mengalami kasus cinta yang rumit, maka kami menjadi tempat untuk saling berbagi curhat. Lalu datang K yang membuat aku tak berani membalas tatapan matanya –seperti yang aku ceritakan diatas, bahwa ia memiliki mata yang bening- ketika mata kami tak sengaja saling bertemu. Dan K adalah orang yang cukup terkenal dan –bisa dibilang- memiliki banyak penggemar. 

Entah berapa banyak nama lagi yang nanti akan terlibat dalam kasus ini. Ini hanya salah satu contoh kompleksnya urusan cinta. Logika tak berperan dalam kasus ini, kami sama-sama saling tak mengerti mengapa semua ini terjadi. Karena dari masing-masing kami, hati kamilah yang memilih dan pikiran kami meminta. Yang bisa kami lakukan hanya, tertawa sendiri dan menangis sendiri untuk hal yang kami tak mengerti sama sekali, dan terus berkata mengapa harus seperti ini. Sensasi yang sama seperti saat kami sekolah dulu. Berdiri seperti orang bodoh dan bingung memecahkan hitungan logaritma di depan kelas. Dan seperti lagu Agnes Monica bahwa cinta ini, kadang-kadang tak ada logika.