Bagaimana
rasanya dikelilingi oleh tatapan mata tajam yang terus mengintimidasimu.
Membuatmu merasa serba salah. Kadang kamu merasakan ada yang aneh dari
tatapan-tatapan itu. Bukan tatapan tidak suka atau tatapan orang yang jatuh
cinta padamu. Tatapan ini berada di tengah-tengah, mereka seperti ingin
membunuhmu. Apakah kalian pernah merasakan itu?
Tatapan-tatapan
itu selalu lebih lama dari tatapan mata orang pada umumnya, lebih dari 8 detik
sebelum mereka menoleh atau berkedip. Aku tak merasakan adanya perasaan benci
atau merendahkan dari tatapan-tatapan itu, namun mereka langsung menusuk tepat
di mataku. Membuat aku merasa terintimidasi dan kadang serba salah memahami
tatapan itu. Apa ada yang aneh denganku, hingga mereka menatapku seperti itu?
Terkadang
aku memilih untuk menunduk dan menyerah pada tatapan-tatapan itu. Namun, Aku
pernah melihat seseorang yang menatapku lebih dari 8 detik menatap dengan
tatapan mata yang kuat dan tajam, namun yang aku rasakan dari tatapan itu
adalah perasaan tenang dan damai. Aku seperti tenggelam dalam bola matanya. Setelah
itu aku hanya bisa menunduk, bingung. Aku tak pernah lagi mau membalas tatapan
matanya. Aku merasakan ada hal lain dari tatapan mata itu, yang tak diketahui
siapapun.
Tak
pernah ada isyarat ‘aku menyukaimu atau aku membencimu’ dari tatapan mata itu.
Ada hal yang terasa mengambang, ada perasaan ragu, malu dan takut dalam tatapan
mata itu, tapi selalu ada rasa damai di dalamnya. Itulah tatapan mata yang
selalu aku sukai, dari semua mata yang memandangku seperti itu. Matanya bulat
besar dan bening. Seperti kristal, mungkin karena mata itu selalu ia basahi
setiap hari. Wajahnya tidak putih, namun tak pernah tampak kusam. Wajahnya
selalu terlihat bercahaya dan lembab. Aku sangat iri dengan kulitnya yang
selalu tampak bersinar dan lembab, mungkin juga ia sangat lembut ketika
disentuh.
Mungkin
kalian akan berpikir bahwa aku menyukai laki-laki itu, bahwa ia adalah
laki-laki yang selalu aku doakan setiap hari. Bukan, bukan sama sekali. Aku tak
pernah mendoakannya, aku juga tak pernah mengharapkannya hadir dalam mimpiku.
Namun, entahlah ada hal-hal yang tak bisa aku mengerti mengapa aku tak mampu
membalas tatapan mata itu. Walaupun, tak pernah sedikitpun hatiku bergetar
melihatnya. Aku sangat mengenal diriku sendiri, aku takkan mampu membalas
tatapan mata seseorang apabila aku takut, malu, atau merasa bersalah. Tapi, tak
ada satupun dari hal itu yang aku rasakan hingga tak mampu membalas tatapan
matanya. Entah mengapa, aku selalu memilih menghindar.
Laki-laki
yang membuatku jatuh cinta selama ini, hingga membuatku gelisah setiap saat tak
mempunyai tatapan mata dan tak pernah menatapku seperti itu. Tatapan matanya
selalu keruh dan kulitnya selalu tampak kusam walaupun ia memiliki kulit yang
cukup putih untuk seorang laki-laki, mungkin karena ia tak pernah membasahinya
seperti laki-laki bermata bening tersebut. Wajahnya selalu tampak layu dan lesu
walaupun sedang tersenyum, tatapan matanya selalu lemah dan kadang terlihat
kosong walaupun ia sedang tertawa bersama teman-temannya. Kadang aku merasa ia
seperti cangkang tanpa penghuni. Namun, entah apa yang membuat aku sangat
mencintainya.
Bukan
aku membandingkan mereka, aku hanya ingin berpikir secara logika. Seharusnya
jika aku bisa berpikir menggunakan logikaku, aku akan jatuh cinta pada
laki-laki bermata bening itu. Harusnya hatiku akan bergetar setiap kali ia
menatapku, dan seharusnya ia membuat aku malu dan salah tingkah setiap kali mata
kami tak sengaja bertemu. Seharusnya seperti itu.
Namun
kenyataannya, tatapan mata yang membuatku jatuh cinta selalu membuatku malu dan
salah tingkah walaupun ia hanya melihatku sekilas dengan tatapan kosong dan tak
acuh. Terkadang aku berpikir untuk berhenti seperti ini, mencintai diam-diam,
mengaguminya sepanjangan tanpa ia tahu bahwa aku diam-diam memikirkan apa yang
ia sedang lakukan, mengulang setiap adegan saat mata kami tak sengaja bertemu.
Tapi aku sangat tahu, bahwa aku takkan bisa berhenti dan lebih dari ini. Aku
sangat mengenal diriku, ketika hatiku memilih maka pikiranku akan meminta.
Terkadang aku merasa sangat bodoh, karena beberapa kali menyia-nyiakan
laki-laki yang datang memintaku. Dan memilih untuk terus mencintainya
diam-diam. Tapi, aku menegaskan diriku kembali. Bahwa hatiku tak pernah memilih
mereka sehingga pikiranku juga tak akan meminta untuk memikirkan mereka. Hatiku
belum memilih berhenti dan pikiranku belum meminta agar aku berhenti
memikirkannya.
Begitu
rumitnya konstruksi batin manusia, mereka tak akan pernah berkoordinasi jika
hati tak pernah memilih. Logika tak mampu menjelaskan betapa rumitnya cinta,
yang lebih kompleks dari masalah apapun. Kenyataannya, logika tak banyak
berperan dalam hal cinta. Ada hal yang tak pernah bisa dipecahkan oleh logika,
misalnya: Mengapa aku harus jatuh cinta pada si A padahal aku sangat tahu bahwa
dulu si B sangat mencintaiku, namun aku abaikan. Dan si C jatuh cinta setengah
mati pada B dan A jatuh cinta pada si C, namun akhirnya B dan C menjalin
hubungan, dan sudah cukup lama. Sedangkan aku dan A, ya Cuma begin-begini saja.
Tak pernah ada kemajuan. A bingung harus bagaimana karena aku bukan yang
diinginkannya, yang ia inginkan Cuma si C. Aku dan B tetap berteman, hingga
sekarang. Lalu, datang si D dan E yang datang padaku, dan berkata bahwa mereka
menyukaiku. Namun, aku abaikan mereka. Lalu datang F yang sering terlihat
diam-diam sedang memandangiku. Dan A yang terus modus kesana kemari, mencari
sandaran hati kadang membuat aku cemburu setengah mati. Padahal tak ada apa-apa
di antara kami. Lalu, teman baikku. Si G yang selalu memberikanku tatapan teduh
penuh makna dan diam-diam memperhatikan segala yang terjadi padaku, namun ini
hanya sekedar pertemanan. Aku dan G sering menghabiskan waktu bersama,
sampai-sampai si D, E dan F, menyangka bahwa kami berpacaran. G menyukai gadis
bernama H, dan H berpacaran dengan I. Ada orang lain yang menyukai H bernama J,
G dan J akhirnya bersaing merebut perhatian H. Padahal J sudah mempunyai pacar.
Teman-teman G tidak menyukai G bersaing dengan J untuk mendapatkan hati H,
apalagi sampai saling menjelekan. Karena teman-teman G menyukai J. Jadi karena
merasa kami mengalami kasus cinta yang rumit, maka kami menjadi tempat untuk
saling berbagi curhat. Lalu datang K yang membuat aku tak berani membalas
tatapan matanya –seperti yang aku ceritakan diatas, bahwa ia memiliki mata yang
bening- ketika mata kami tak sengaja saling bertemu. Dan K adalah orang yang
cukup terkenal dan –bisa dibilang- memiliki banyak penggemar.
Entah
berapa banyak nama lagi yang nanti akan terlibat dalam kasus ini. Ini hanya
salah satu contoh kompleksnya urusan cinta. Logika tak berperan dalam kasus
ini, kami sama-sama saling tak mengerti mengapa semua ini terjadi. Karena dari
masing-masing kami, hati kamilah yang memilih dan pikiran kami meminta. Yang
bisa kami lakukan hanya, tertawa sendiri dan menangis sendiri untuk hal yang
kami tak mengerti sama sekali, dan terus berkata mengapa harus seperti ini.
Sensasi yang sama seperti saat kami sekolah dulu. Berdiri seperti orang bodoh
dan bingung memecahkan hitungan logaritma di depan kelas. Dan seperti lagu
Agnes Monica bahwa cinta ini, kadang-kadang tak ada logika.